Saham PTBA Menghijau Usai Laba Bersih Meroket 231%

Ini rekor laba tertinggi sejak emiten batu bara itu berdiri.

Saham PTBA Menghijau Usai Laba Bersih Meroket 231%
Ilustrasi kendaraan tambang bertenaga listrik milik PTBA. (Dok. Istimewa)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencetak laba bersih sebesar Rp7,91 triliun sepanjang 2021. Angka tersebut tumbuh 231 persen dibanding tahun sebelumnya Rp2,39 triliun sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak perusahaan beroperasi.

Berkat kenaikan kinerja ini, harga saham PTBA bergerak di zona hijau pada perdagangan Senin (7/3). Berdasarkan pantauan Fortune Indonesia hingga pukul 14.14 WIB, harga saham PTBA  menguat 2,26 persen ke level 3.620. Saham perseroan bahkan sempat menyentuh level 3.700 sesaat setelah pembukaan perdagangan sesi pertama.

Selama sepekan terakhir, saham PTBA telah menguat 12,15 persen. Dalam sebulan, bahkan tingkat kenaikannya mencapai27,66 persen. Selama enam bulan belakangan, saham PTBA juga meroket 56,52 persen. Demikian sejak awal tahun hingga saat ini (year to date) saat harga saham PTBA solid menguat 34,83 persen.

Kenaikan produksi, pengangkutan, dan penjualan batu bara PTBA

Direktur Utama Bukit Asam, Arsal Ismail mengatakan, selain laba bersih, pendapatan PTBA sepanjang 2021 juga melambung 69 persen dari Rp17,33 triliun menjadi Rp29,26 triliun pada periode yang sama. Hasilnya, jumlah aset perseroan naik 50 persen dari Rp24,-6 triliun menajdi Rp36,12 triliun.

Dari segi produksi, pada 2021emiten energi bagian dari MIND.ID tersebut mencatat  kenaikan 21 persen (yoy) menjadi 30,04 juta ton serta volume angkutan batu bara  naik 7 persen (yoy) menjadi 25,42 juta ton.

Kenaikan tersebut diikuti lonjakan volume penjualan 9 persen (yoy) menjadi 28,37 juta ton. “Rasio penjualan domestik mencapai 57 persen dan ekspor 43 persen,” kata Arsal dalam paparannya di Jakarta, Senin (7/3). 

Menurutnya, kenaikan penjualan tersebut sejalan dengan strategi manajemen dalam mengoptimalkan peluang pasar ekspor sejumlah negara, seperti: Cina, Taiwan, Filipina, Jepang, India, dan Vietnam.

Pendorong kinerja PTBA yang solid

Arsal mengatakan, ada tiga faktor utama yang mendongkrak kinerja operasional PTBA pada 2021. Pertama, adanya lonjakan tinggi permintaan batu bara terdorong oleh pemulihan ekonomi global dan nasional.

Kedua, momentum kenaikan harga batu bara global yang terjadi secara signifikan. Sebagai catatan, hingga 31 Desember 201, rata-rata kenaikan harga batu bara Indeks Newcastle mencapai US$137,28 per ton. Sementara, rata-rata penguatan harga batu bara Indonesia Coal Index (ICI) mencapai US$95,05 per ton.

“Di sisi lain, berbagai strategi efisiensi berkelanjutan pun diterapkan lewat implementasi operasional perusahaan yang optimal, dengan mengedepankan cost leadership di setiap perusahaan,” jelas Arsal.

Target PTBA pada 2022

Tahun ini, PTBA menargetkan kenaikan produksi 21 persen menjadi 36,41 juta ton ketimbang 2021. Demikian pula dengan target angkutan batu bara yang ditingkatkan 24 persen menjadi 31,50 juta ton.

“Untuk volume penjualan 2022, perseroan menargetkan meningkatkan menjadi 37,10 juta atau naik 31 persen dari realisasi 2021,” imbuh Arsal.

Namun demikian, ia enggan memperinci tambahan ekspor ke pasar global. Sebab, tingkat ekspor itu akan menyesuaikan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2022. Yang jelas, perseroan tetap akan memenuhi kewajiban DMO 25 persen di pasar domestik.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen