Rupiah Sempat Tembus Rp15 Ribu/Dolar, Apa Dampak ke Ekonomi Nasional?

Depresiasi rupiah berdampak ke berbagai aspek ekonomi.

Rupiah Sempat Tembus Rp15 Ribu/Dolar, Apa Dampak ke Ekonomi Nasional?
Ilustrasi resesi ekonomi global. (Pixabay/Elchinator)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Nilai tukar rupiah sempat menembus level Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Depresiasi terjadi karena ketidakstabilan ekonomi dunia, saat-saat investor lebih memilih menggelontorkan dana untuk instrumen safe haven.

Nilai tukar saat ini mengacu pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, yakni kurs referensi dari dasar transaksi perdagangan menggunakan valuta asing. Pada Kamis (7/7), rupiah menguat 14 poin ke level Rp14.985 per dolar AS pada pagi hari, dari level di penutupan perdagangan sebelumnya, yaitu Rp14.999.

Namun demikian, risiko pelemahan rupiah tetap diwaspadai. Fenomena depresiasi rupiah itu membawa dampak bagi perekonomian dalam negeri. Apakah itu?

Kenaikan harga impor

Pekerja menata daging beku impor asal India yang tiba di New Priok Container Terminal One (NCPT1), Jakarta, Sabtu (5/3/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YU.

Menurut Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, depresiasi rupiah memengaruhi barang impor. “Baik untuk konsumsi maupun bahan baku produksi, seperti misal farmasi dan peternakan,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis.

Depresiasi rupiah berdampak negatif terhadap pelaku usaha yang banyak mengimpor bahan baku dengan sistem denominasi rupiah.

“(Fenomena depresiasi rupiah) merupakan kerugian bagi perusahaan yang memiliki eksposur besar di impor, seperti industri farmasi yang 90 persen bahan baku merupakan impor, ini tentu sentimen negatif,” jelas Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus kepada Fortune Indonesia.

Artinya, akan terjadi peningkatan harga impor, sehingga berpotensi menekan jumlah produk asing di pasar domestik.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menambahkan, yang mengkhawatirkan dari naiknya harga impor adalah pengalihan beban ke konsumen.

Daya beli dan investasi melemah

Dok. Shutterstock/Ktasimar

Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga mendongkrak biaya produksi para perusahaan, salah satunya harga bahan baku.

Kenaikan bahan baku ini pada akhirnya dapat membuat perseroan mengerek naik harga jual lantaran biaya produksinya meningkat. Sebagai efek domino, daya beli di kalangan masyarakat pun terpengaruh.

“Terkait naiknya beban produksi bagi perusahaan maupun tekanan terhadap daya beli masyarakat serta aktivitas investasi yang kemungkinan juga akan mengalami penurunan,” papar Ivan.

Dampak ke APBN dan inflasi

Shutterstock/Luis A. Orozco

Josua menambahkan, pelemahan rupiah juga akan berdampak pada APBN. Tiap kali rupiah melemah Rp100 per dolar, maka penerimaan negara akan naik Rp2,7 triliun. Di saat yang sama, belanja negara juga meningkat Rp2,1 triliun.

“Dengan kata lain, setiap pelemahan rupiah Rp100 per dolar, akan mendorong surplus APBN sebesar Rp0,7 triliun,” jelasnya kepada pers, dikutip Kamis.

Lebih lanjut, pelemahan nilai rupiah juga dapat memengaruhi tingkat inflasi di dalam negeri.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Medco Rampungkan Divestasi Kepemilikan di Blok Ophir Vietnam
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya