Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Analis Nilai IPO Lighthouse Mampu Dongkrak Daya Saing IHSG

Jurnalis mengambil gambar layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Jurnalis mengambil gambar layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Intinya sih...
  • Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan target ambisius 5 IPO lighthouse pada 2025 untuk mendorong kualitas pasar modal Indonesia.
  • Hingga Mei 2025, ada tiga emiten yang dikategorikan sebagai IPO lighthouse, tapi belum sepenuhnya mencerminkan skala besar.
  • Program IPO lighthouse diharapkan menjadi penyeimbang pasar di tengah kondisi global yang penuh tantangan.

Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menetapkan target ambisius untuk menggaet lima initial public offering (IPO) yang dikategorikan sebagai lighthouse pada 2025. Inisiatif strategis ini bertujuan meningkatkan kualitas, likuiditas, dan daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor, baik domestik maupun global.

IPO ini sendiri didefinisikan sebagai pencatatan saham perdana oleh perusahaan yang memiliki nilai kapitalisasi pasar potensial di atas Rp3 triliun dan target free float (saham beredar di publik) minimal 15 persen. Program ini secara spesifik diarahkan kepada perusahaan berskala besar, memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang, serta berpotensi menjadi pemimpin pasar di sektornya.

Hingga pertengahan Mei 2025, menurut BEI, telah ada tiga emiten yang dikategorikan ke dalam IPO lighthouse, yakni PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (RATU), PT Cipta Buana Dinamika Tbk (CBDK), dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI).

Meskipun target telah ditetapkan dan beberapa emiten diidentifikasi, kontribusi aktual tiga IPO lighthouse terhadap likuiditas pasar modal masih menjadi catatan. Analis Stocknow, Hendra Wardana, mencermati ketiga IPO tersebut hingga kini belum sepenuhnya mencerminkan skala besar dalam hal kontribusi terhadap nilai transaksi harian IHSG.

Dia mencontohkan, transaksi IPO RATU senilai Rp68,4 miliar hanya menyumbang 0,7 persen dari total nilai transaksi harian IHSG yang sekitar Rp10,8 triliun. CBDK sedikit lebih besar dengan Rp145 miliar (1,4 persen), sementara YUPI hanya Rp1,7 miliar (0,02 persen).

"Meski kontribusi IPO lighthouse terhadap likuiditas pasar modal masih terbatas, program IPO lighthouse tetap memiliki nilai strategis yang tidak bisa diabaikan,” ujar Hendra kepada Fortune Indonesia, Senin (19/5).

Menurutnya, program ini bisa menjadi penyeimbang pasar di tengah kondisi global yang penuh tantangan, seperti kebijakan moneter Fed yang menahan suku bunga tinggi dan ketidakpastian geopolitik.

Lebih lanjut, dia menilai apabila IPO lighthouse ke-4 dan ke-5 diisi oleh perusahaan dengan fundamental kuat dari berbagai sektor prospektif, seperti energi baru terbarukan hingga hilirisasi pertambangan, hal ini berpotensi mendongkrak daya saing IHSG sebagai indeks kawasan dan mendorong capital inflow jangka panjang.

"Dampaknya terhadap persepsi investor asing bisa sangat positif," ujarnya.

Dengan demikian, Hendra menekankan perlunya BEI dan regulator lebih selektif serta proaktif dalam mengundang perusahaan besar yang potensial mencapai target lima IPO lighthouse tahun ini.

“Ini mencakup pemberian insentif, simplifikasi proses go public, hingga edukasi bagi perusahaan-perusahaan yang belum memahami nilai strategis menjadi emiten terbuka. Di sisi lain, investor publik pun perlu diyakinkan bahwa IPO lighthouse bukan sekadar jargon, tapi benar-benar membawa kualitas, likuiditas, dan pengaruh positif bagi pasar,” kata Hendra.

Dengan komitmen yang konsisten dan kualitas emiten yang semakin membaik, IPO lighthouse berpotensi menjadi salah satu katalis penting bagi kebangkitan pasar saham Indonesia. Upaya ini terutama relevan untuk menjawab tantangan likuiditas dan kompetisi global yang makin ketat.

“Tujuan akhirnya jelas, yaitu menarik minat investor institusi, memperkuat likuiditas pasar, dan menjadikan IHSG sebagai acuan yang lebih representatif terhadap kekuatan ekonomi domestik,” ujarnya.

Secara terpisah, BEI terus mendorong perusahaan dengan skala dan potensi pertumbuhan yang tinggi untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan jangka panjang. Kehadiran perusahaan tercatat dengan skala besar diharapkan dapat memperkuat struktur dan likuiditas pasar serta menarik lebih banyak minat investor.

BEI juga memiliki unit kerja khusus yang aktif melakukan pendampingan persiapan IPO. Pendampingan ini menyasar perusahaan-perusahaan dengan skala aset besar, baik swasta maupun BUMN dan anak perusahaannya. Bentuk pendampingan meliputi go public coaching clinic, one-on-one meeting, atau acara networking antara lembaga profesi penunjang pasar modal dan pengusaha.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyatakan hal tersebut bertujuan membantu mempermudah akses perusahaan terhadap pemangku kepentingan di pasar modal demi kelancaran proses persiapan IPO perusahaan.

Hingga 16 Mei 2025, 29 perusahaan telah tercatat dalam pipeline pencatatan saham. Perinciannya: tiga perusahaan dengan aset skala kecil (di bawah Rp50 miliar), 17 perusahaan dengan aset skala menengah (antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar), serta sembilan perusahaan dengan aset skala besar (di atas Rp250 miliar).

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us