BUMI Lakukan Kuasi Reorganisasi, Siap Tebar Dividen

- BUMI melakukan kuasi reorganisasi untuk menghapus akumulasi kerugian dan membagikan dividen kepada pemegang saham.
- Dengan bersihnya laporan keuangan, BUMI akan memenuhi prasyarat legal untuk mendistribusikan laba dalam bentuk dividen.
- Perjalanan keuangan BUMI yang terkendala oleh defisit telah menunjukkan perbaikan sejak 2016.
Jakarta, FORTUNE - Setelah bertahun-tahun dinanti, emiten pertambangan batu bara raksasa Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mengambil langkah fundamental demi para pemegang sahamnya. BUMI berencana melakukan kuasi reorganisasi dengan tujuan utama menghapus tuntas akumulasi kerugian (defisit) menggunakan saldo agio saham. Aksi korporasi strategis ini menjadi kunci agar perseroan dapat memenuhi syarat untuk membagikan dividen, membuka era baru potensi imbal hasil bagi investor.
Dengan bersihnya laporan keuangan dari defisit masa lalu, BUMI akan memenuhi salah satu prasyarat legal untuk mendistribusikan laba dalam bentuk dividen. Selain itu, hilangnya beban defisit diharapkan turut mempermudah BUMI mendapatkan pendanaan segar di masa depan, mendukung rencana pengembangan usaha lebih lanjut.
Manajemen perseroan menegaskan pentingnya langkah ini. Tanpa kuasi reorganisasi saat ini, pembagian dividen dalam waktu dekat akan sulit dilakukan, meskipun BUMI menilai prospek keuangan mereka sudah membaik.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BUMI menyatakan, “Kuasi reorganisasi juga dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya atas kondisi keuangan perseroan saat ini dan ke depannya." Ini adalah upaya untuk mencapai "fresh start". Manajemen berharap dapat "meneruskan usahanya secara lebih baik, dengan posisi keuangan sekarang dan tanpa dibebani defisit masa lampau."
Pernyataan ini dikutip pada Rabu (23/4).
Untuk merealisasikan rencana penting ini, BUMI selanjutnya akan meminta restu dari para pemegang saham. Persetujuan tersebut diagendakan melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Kinerja keuangan perseroan
Perjalanan keuangan BUMI lama diwarnai kesulitan. Saldo laba ditahan perseroan mulai mencatat angka negatif pada 2012, mencapai US$433 juta. Kerugian tahun berjalan senilai US$705,6 juta menjadi penyebab utama defisit saat itu.
Beban bunga pinjaman sebesar US$620,5 juta dan kerugian transaksi derivatif senilai US$344,9 juta menjadi faktor signifikan pemicu rugi tahun berjalan pada periode tersebut.
Defisit terus membengkak hingga mencapai titik terendah pada 2015 pada angka negatif US$3,35 miliar, mencerminkan akumulasi kerugian dari periode sebelumnya.
Menghadapi kondisi ini, BUMI gencar melakukan upaya perbaikan. Langkah-langkah strategis diambil meliputi penyiapan struktur restrukturisasi PKPU, penerapan kebijakan arus kas yang ketat, serta penerapan program-program efisiensi pada tingkat perseroan dan entitas anak.
Upaya restrukturisasi dan efisiensi membuahkan hasil. Sejak 2016, BUMI konsisten mencatatkan laba tahun berjalan positif, kecuali pada 2020. Tren performa keuangan menunjukkan perbaikan signifikan dari tahun ke tahun.
Pada 2022, laba tahun berjalan melejit hingga US$556,6 juta, didorong lonjakan harga batu bara global akibat disrupsi pasokan dan dampak perang Rusia-Ukraina. Meski sempat menurun menjadi US$26,9 juta pada 2023, laba kembali menguat tajam 235 persen mencapai US$90 juta pada 2024.
Laba tahun berjalan BUMI rata-rata selama tiga tahun terakhir (2022-2024) mencapai US$224,6 juta.
Salah satu momen krusial dalam pemulihan BUMI adalah pelunasan seluruh utang berdasarkan PKPU pada Oktober 2022. Pelunasan ini dilakukan melalui skema Peningkatan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) senilai US$1,6 miliar, atau sekitar Rp24 triliun pada saat itu. Dengan rampungnya pelunasan utang PKPU, BUMI menegaskan posisinya sebagai perusahaan yang bebas dari beban bunga terkait utang PKPU sejak Desember 2017.