MARKET

Bukan Divestasi, Ini Siasat UNTR Kurangi 50% Bisnis Batu Bara di 2030

Salah satu fokus investasi UNTR di tambang mineral.

Bukan Divestasi, Ini Siasat UNTR Kurangi 50% Bisnis Batu Bara di 2030Ilustrasi alat berat United Tracktors, Dok. United Tracktors
06 July 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE -  Emiten pertambangan dan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) akan mengurangi 50 persen kontribusi bisnis yang berhubungan dengan komoditas batu bara pada 2030. Untuk itu, perseroan akan mulai berfokus pada sejumlah lini usaha baru, salah satunya pertambangan mineral. 

Direktur United Tractors, Iwan Hadiantoro mengatakan, perseroan akan mengurangi ketergantungan pada bisnis batubara secara bertahap. Dengan demikian, pada 2030 kontribusi bisnis perseroan hanya 50 yang akan berasal dari bisnis batu bara dan 50 persen lainnya yang tidak berkaitan dengan komoditas tersebut. 

Sebagai gambaran, saat ini sekitar 70 persen pendapatan ataupun laba bersih perusahaan masih dikontribusi dari bisnis-bisnis terkait batu bara, seperti jasa pertambangan, alat berat maupun bisnis pertambangan itu sendiri. “Apakah kami akan melakukan divestasi? Kita tidak akan melakukan penghentian bisnis batubara secara tiba-tiba, karena bisnis ini masih sangat diperlukan untuk generate cash flow,” katanya dalam Workshop Wartawan Pasar Modal di Jakarta, Rabu (6/7).

Di Indonesia, batu bara masih dibutuhkan untuk menghasilkan energi listrik, meskipun upaya transisi secara perlahan mulai dilakukan.

Oleh karenanya, UNTR sampai saat ini masih akan menjalankan bisnis batu bara, setidaknya sampai izin konsesinya habis (expired). “Pada saat expired, kami memutuskan tidak memperpanjangnya lagi,” ujarnya.

Investasi Aset Tambang Mineral

Untuk merealisasikan rencana pengurangan kontribusi batu bara, United Tractors memiliki sejumlah strategi. Menurut Iwan, perseroan tidak akan investasi di aset yang terkait batu bara baik itu thermal coal maupun energi berbasis coal. 

“Kita tidak mau investasi di pembangkit listrik yang berbahan bakar batu bara, jadi coal fired power plant itu kita sudah tidak ingin investasi lagi,” katanya.

Selain itu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang perseroan akan memperbesar di aset pada bisnis pertambangan mineral, seperti emas, nikel, bauksit, alumunium, atau tembaga. 

“Semuanya itu kita tertarik. Sampai sekarang kita secara aktif melakukan banyak due diligence baik di Indonesia maupun di negara lain untuk  memperbesar portofolio mineral mining,” katanya.

Sebelumnya, United Tractors melalui anak usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara menandatangani Share Subscription Agreement (SSA) untuk pengambilalihan 19,99 persen kepemilikan saham di Nickel Industries Limited (NIC) yang tercatat di Australian Securities Exchange Ltd (ASX) . Berdasarkan SSA, NIC akan menerbitkan sejumlah 857 juta saham biasa baru kepada Perseroan dengan harga AUS$1,10 per saham dengan total investasi perseroan sebesar AUS$943 juta.

Iwan mengatakan, perseroan akan memperbesar portofolio energi dengan fokus di bidang energi terbarukan ke depan. Perusahaan sudah memiliki hydro power plant baik yang dikembangkan sendiri ataupun melalui anak usaha. Pada 2022, United Tractors membeli  632.801.893 lembar saham atau 21,61 persen saham pada PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) yang dimiliki oleh ACEI Singapore Holding Private Ltd. (ACEI) pada Arkora.

“Mudah-mudahan UT bisa berkembang secara sustainable ke depan dan secara perlahan bisnis batu bara ini bisa kami kurangi,” katanya.

Sepanjang kuartal I 2023, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp34,9 triliun atau naik sebesar 25 persen dari Rp28,0 triliun pada periode yang sama di tahun 2022. Seiring dengan peningkatan pendapatan bersih, laba bersih perseroan meningkat 23 persen menjadi Rp5,3 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp4,3 triliun.

Masing-masing segmen usaha, yaitu: kontraktor penambangan, mesin konstruksi, pertambangan batu bara, pertambangan emas, industri konstruksi, dan energi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 33 persen, 31 persen, 30 persen, 5 persen, 1 persen, dan kurang dari 1 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.

Related Topics