MARKET

Saham Apple Anjlok Setelah Dapat Rating Buruk dari Barclays

Penjualan produk Apple diprediksi melemah pada 2024.

Saham Apple Anjlok Setelah Dapat Rating Buruk dari Barclaysilustrasi perusahaan Apple (Unsplash.com/Laurenz Heymann)
04 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Saham Apple turun hampir 3,6 persen ke level terendah dalam tujuh pekan terakhir pada Selasa (4/1), setelah pada 2023 sahamnya mencetak rekor dengan lonjakan hingga 50 persen.

Laman Fortune, Rabu (4/1), memberitakan bahwa seorang analis Barclays, Tim Long, melabeli saham Apple dengan peringkat “underweight” karena lemahnya permintaan terhadap produk perusahaan tersebut—seperti iPhone—pada 2024.

Dengan pelemahan itu, dia memproyeksikan harga saham Apple bisa anjlok sekitar 13 persen menjadi US$160 dalam waktu 12 bulan ke depan.

Dalam rilisnya, Long mengatakan penjualan iPhone 15 bakal lesu khususnya untuk pasar Cina lantaran ada larangan untuk pejabat pemerintah negara tersebut menggunakan produk Apple karena masalah keamanan. 

Dia juga memperkirakan penjualan iPhone 16, yang akan dirilis pada September bakal lebih lemah dari perkiraan. 

“Kami tidak melihat fitur atau peningkatan yang mungkin membuat iPhone 16 lebih menarik,” katanya.

Meskipun penurunan peringkat Barclays memicu jatuhnya harga saham Apple, ada beberapa faktor lain yang membuat perusahaan berada dalam tekanan.

Pertama, setelah saham Apple melonjak hampir 50 persen tahun lalu, investor mungkin akan melakukan alokasi ulang pada sebagian modalnya dari perusahaan tersebut tahun ini. 

“Tahun baru membawa penundaan pengambilan keuntungan dan reposisi manajer portofolio yang bermotif pajak,” demikian CEO Navellier & Associates, Louis Navellier, kepada Bloomberg.

Sentimen yang membayangi saham perusahaan teknologi

Penurunan saham Apple juga bertepatan dengan pelemahan yang lebih luas pada indeks Nasdaq Composite yang komposisi mayoritasnya diisi perusahaan teknologi. 

Indeks tersebut merosot 1,6 persen pada Selasa (3/1) karena investor khawatir dengan potensi meningkatnya ketegangan geopolitik di tengah perang Israel-Hamas dan serangan pemberontak Houthi terhadap kapal-kapal yang membawa barang di Laut Merah, yang merupakan jalur perdagangan penting. 

Melonjaknya harga minyak akibat terputusnya rantai pasokan karena konflik di Timur Tengah juga dapat menyebabkan inflasi lebih agresif dari perkiraan sebelumnya, yang mungkin memaksa bank sentral Amerika Serikat atau Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi. Hal ini tentu membebani saham-saham teknologi yang berfokus pada pertumbuhan. 

Ada juga tanda-tanda peringatan tentang berkurangnya permintaan iPhone dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini menjadi penting mengingat penjualan iPhone menyumbang hampir 50 persen dari total pendapatan Apple pada kuartal III-2023.

Penurunan penjualan Apple di AS dan Cina

Analis UBS, David Vogt, memberikan peringkat konservatif dengan target harga US$190 untuk saham Apple. Dengan catatan: terjadinya pelemahan dalam penjualan iPhone 15 di banyak wilayah utama akhir-akhir ini, termasuk Cina dan India. 

Vogt menjelaskan bahwa penjualan iPhone di pasar Amerika Serikat turun hampir 13 persen secara tahunan pada November 2023. Sementara penjualan di Cina juga turun 6 persen pada periode yang sama.

Hal ini menyebabkan Apple kehilangan 50 basis poin pangsa pasar ponsel pintar global secara tahunan November lalu, dan 320 basis poin pangsa pasar ponsel cerdas di Cina pada periode yang sama. 

Related Topics