Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Emas dan Bitcoin Kompak Terkoreksi, Ini Faktor Penekannya

Ilustrasi aset digital (pexels.com/Leeloo The First)
Ilustrasi aset digital (pexels.com/Leeloo The First)
Intinya sih...
  • Bitcoin dan aset digital lainnya mengalami pelemahan menjelang pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, di Simposium Jackson Hole pada 22 Agustus 2025.
  • Emas juga mengalami pelemahan karena prospek meredanya ketegangan geopolitik dan penguatan dolar AS menjelang simposium Jackson Hole yang diselenggarakan Federal Reserve.
  • Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun tipis ke 4,30 persen, dan indeks dolar AS (DXY) menguat 0,13 persen ke level 98,23.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Menjelang pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, di Simposium Jackson Hole pada 22 Agustus 2025 mendatang, pasar logam mulia dan aset digital seperti bitcoin menunjukkan tren pelemahan.

Bitcoin turun 3,2 persen menyentuh level U$113.000 dengan ethereum terkoreksi 5,3 persen ke area US$4.100, sementara altcoin seperti ADA, SEI, PENGU, dan POL terkoreksi lebih dari 6 persen dalam 24 jam terakhir. Di samping itu, saham perusahaan terkait kripto, seperti MARA, COIN, dan MSTR, juga turut terkoreksi lebih dari 5 persen seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar kripto.

Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku, menilai pasar cemas dipicu beberapa faktor, salah satunya adanya indikasi pemotongan suku bunga The Fed pada September akan tertunda.

Sedangkan faktor lain seperti meliputi tekanan tarif yang bisa mengerek inflasi lebih tinggi, ditambah sinyal korporasi yang mulai membebankan biaya tarif ke konsumen juga menjadi pendorong. Di sisi lain, data ekonomi yang tidak selaras antara pelemahan pasar tenaga kerja dan permintaan konsumen yang masih solid kian menambah ketidakpastian.

Ia juga menilai ada potensi perbedaan pandangan di internal FOMC sehingga memicu alasan bagi Powell untuk tetap berhati-hati dan mempertahankan level suku bunga di level 4,5 persen lebih lama.

"Dengan beberapa situasi yang berpotensi menunda pemangkasan suku bunga, simposium Jackson Hole di mana Jerome Powell akan menyampaikan pidato menjadi panggung krusial yang bisa mempertegas arah tren makro AS," ujar Fahmi, Rabu (20/8).

Ia memperkirakan, apabila Powell mengirim sinyal hawkish mana tekanan jual di kripto dan saham bisa semakin dalam, sementara volatilitas tetap tinggi. Sebaliknya, kejutan dovish, meskipun kecil kemungkinannya untuk terjadi, bisa menjadi katalis untuk rebound.

"Bagi investor, periode ini menuntut kejelian dan kehati-hatian lebih dengan manajemen risiko yang ketat, sambil memanfaatkan potensi peluang akumulasi jika koreksi berlanjut," ujarnya.

Pelemahan di Emas

Pelemahan menurutnya tidak hanya terjadi di aset digital. Aset safe haven turut mengalaminya. Berdasarkan Trading Economics, emas diperdagangkan pada level US$3.320 per ounce, mendekati level terendah dalam tiga minggu terakhir seiring meredanya ketegangan geopolitik dan penguatan dolar AS membebani logam mulia menjelang simposium Jackson Hole yang diselenggarakan Federal Reserve.

Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menyampaikan bahwa tekanan jual emas semakin dominan setelah perkembangan geopolitik menunjukkan adanya hasil positif dari rangkaian pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, serta para pemimpin Eropa. Harapan tercapainya gencatan senjata membatasi minat investor terhadap aset safe haven seperti emas, yang biasanya diuntungkan dari ketidakpastian global.

“Berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini, tren bearish masih cukup kuat pada XAU/USD. Sentimen pasar cenderung menekan harga emas lebih dalam, seiring ekspektasi bahwa jalur diplomasi antara Moskow dan Kyiv mulai terbuka,” ujar Andy Nugraha.

Di sisi lain, pasar mulai mengantisipasi pidato Ketua Fed Powell yang akan datang di simposium Jackson Hole, yang akan meminta arahan tentang arah kebijakan bank sentral di masa mendatang. Investor pun akan mencari sinyal yang lebih jelas terkait arah kebijakan suku bunga ke depan, yang berpotensi menjadi katalis utama bagi pergerakan harga emas.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun tipis ke 4,30 persen, dan indeks dolar AS (DXY) menguat 0,13 persen ke level 98,23. Kenaikan dolar memberikan tekanan tambahan bagi emas, mengingat hubungan negatif antara keduanya: ketika dolar menguat, harga emas cenderung tertekan.

Secara keseluruhan, Andy Nugraha menilai bahwa pergerakan emas hari ini masih rawan tekanan lanjutan. “Jika sentimen geopolitik tetap positif dan dolar AS terus menguat, emas berpotensi menurun lebih dalam. Namun jika pasar mulai ragu dengan prospek negosiasi atau The Fed memberi sinyal dovish, peluang rebound tetap terbuka,” ujarnya.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us