Jakarta, FORTUNE – Emiten tekstil dan produk tekstil, PT Trisula International Tbk (TRIS) menyatakan akan mewaspadai kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, yang bisa berdampak pada ekspor.
Direktur TRIS, Kartono Budiman, mengatakan bahwa perusahaan terus memantau situasi global, termasuk langkah pemerintah Indonesia dalam merespons kondisi ini.
Saat ini, ekspor berkontribusi sekitar 50 persen terhadap pendapatan perseroan. “Sekitar 15% dari total pendapatan kami berasal dari ekspor ke Amerika Serikat. Walaupun begitu, pasar ekspor utama kami saat ini adalah Australia dan Selandia Baru, selain itu kami juga melayani Singapura dan Jepang,” ujar Karsono dalam publix expose virtual, Rabu (16/4).
Ia mengatakan, sampai saat ini TRIS masih menjalin kerja sama dengan pelanggan di AS, dan akan terus melakulan komunikasi intensif dengan mereka dan para pemasok. “Kami berharap bisa mencapai solusi yang saling menguntungkan,” tambahnya.
Tak hanya perang tarif, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi salah satu tantangan pelaku industri.
Presiden Direktur Trisula International, Widjaja, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlalu berdampak besar pada operasional perusahaan. “Meski ada sebagian impor yang dibayar dengan mata uang asing, sebagian besar pembelian kami masih menggunakan rupiah. Yang penting, penjualan ke konsumen ekspor tetap stabil,” jelasnya.
TRIS juga mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp30 miliar tahun ini, terutama untuk peremajaan mesin agar bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Secara keseluruhan, TRIS memproyeksikan sepanjang 2025 pertumbuhan pendapatan bisa mencapai sebesar 10 persen dan pertumbuhan laba bersih hingga 20 persen, dengan catatan kondisi global tetap stabil.
Adapun, untuk kuartal I 2025, Widjaya mengatakan kinerja perusahaan disebut masih berjalan sesuai target yang telah ditetapkan.