Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Kapal pengangkut batu bara. (ShutterStock/ImagineStock)

Jakarta, FORTUNE - Harga komoditas batu bara terus naik signifikan, bahkan hingga berhasil mencetak rekor tertingginya dalam beberapa tahun terakhir. Lantas, apakah harga komoditas emas hitam tersebut masih bisa melaju?

Data Trading Economics per Jumat (01/10) menunjukkan harga batu bara melesat ke level US$218,00 per ton. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, peningkatannya 26,7 persen. Bahkan, secara tahunan (year-on-year/yoy), harga komoditas emas hitam itu melejit 272,0 persen dari posisi sebelumnya pada US$58,00 per ton.

Kenaikan harga batu bara ini sudah terjadi sejak akhir Mei. Saat itu, harga batu bara US$105,5 per ton. Menengoknya dalam kondisi sekarang, peningkatannya hampir 3 kali lipat.

Harga batu bara saat ini menjadi rekor tertinggi dari capaian pada tahun-tahun sebelumnya. Pada Februari 2011, misalnya, harga batu bara tertinggi US$130 per ton.

Dampak krisis energi Cina

Kenaikan harga batu bara dunia bahkan hingga menembus rekor ini disinyalir akibat Cina, negara dengan perekonomian terbesar kedua saat ini, tengah mengalami krisis listrik. Krisis itu terjadi akibat seretnya pasokan batu bara. Di saat yang sama, permintaan terhadap komoditas itu tengah meningkat terutama dari industri dan rumah tangga.

Melansir Reuters, Kamis (30/9), pemerintah Cina dikabarkan meminta perusahaan kereta api dan pemerintah daerah untuk mempercepat pengiriman pasokan batu bara. Permintaan ini demi merepons kebijakan pemadaman listrik yang telah melumpuhkan industri.

Negeri Tirai Bambu itu merupakan konsumen batu bara terbesar dunia. Cina dilaporkan telah mengimpor total 197,69 juta ton batu bara dalam delapan bulan pertama tahun ini, turun 10 persen secara tahunan. Namun, impor batu bara Agustus naik lebih dari sepertiga akibat pasokan domestik yang ketat.

Badan Energi Internasional (IEA) sebelumnya memperkirakan bahwa permintaan batu bara global akan tumbuh 4,5 persen tahun ini, melampaui 2019. Menurut IEA, permintaan komoditas ini tumbuh terutama untuk kebutuhan energi listrik.

IEA juga menaksir, musim dingin, terutama di negara-negara Asia Timur, akan menjadi penyebab kenaikan permintaan batu bara. Dari Cina, misalnya, permintaan diperkirakan bakal tumbuh lebih dari 4 persen, dan bahkan disebut sebagai tertinggi yang pernah terjadi di negara tersebut.

Permintaan tumbuh, pasokan seret

Editorial Team

Tonton lebih seru di