MARKET

Berkat Harga Batu Bara, Indika Energy Pangkas Rugi pada Q3/2021

Perusahaan berkomitmen menerapkan praktik berkelanjutan.

Berkat Harga Batu Bara, Indika Energy Pangkas Rugi pada Q3/2021ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj
03 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Indika Energy Tbk berhasil memangkas rugi pada kuartal ketiga 2021 ini menjadi US$5,95 juta atau sekitar Rp84,82 triliun (asumsi kurs Rp14.250). Dengan kata lain, rugi perusahaan batu bara ini menyusut 88,7 persen dari US$52,50 juta pada periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

“Secara umum, peningkatan kinerja anak-anak perusahaan, serta peningkatan permintaan dan perbaikan harga batu bara mendongkrak kinerja Indika Energy secara keseluruhan,” kata Wakil Direktur Utama dan Grup CEO Indika Energy, Azis Armand, dalam keterangan resmi, seperti dikutip pada Senin (3/1).

Harga batu bara memang tengah melonjak sepanjang tahun lalu. Berdasarkan data dari Trading Economics, pada akhir 2021, harga komoditas tersebut mencapai US$169,6 per ton, atau meningkat 100,7 persen setahunan. Harga batu bara bahkan sempat menembus di atas US$200an per ton pada Oktober 2021.

Menurut Armand, perseroan pada periode sama sanggup mencetak laba inti mencapai US$83,9 juta, berbalik dari rugi inti US$5,5 juta sebelumnya. Namun, perusahaan harus mereguk rugi dari operasi dihentikan sebesar US$98,1 juta terkait divestasi Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS). Transaksi ini yang menyebabkan perusahaan masih merugi, meski sudah menyusut dari sebelumnya.

Indika pada periode sama meraih kenaikan pendapatan 43,3 persen menjadi US$2,16 miliar atau setara Rp30,71 triliun. Secara mendetail, pendapatan utama dari sumber daya energi meningkat 65,8 persen. Lalu, pendapatan lainnya dan infrastruktur energi masing-masing naik 159,3 persen dan 264,8 persen.

Diversifikasi bisnis dan komitmen berkelanjutan

Armand dalam keterangan sama menambahkan perseroan juga terus berusaha melakukan diversifikasi bisnis pada sektor non batu bara. Sejak tiga tahun terakhir, katanya, perusahaan telah merambah berbagai bidang, yaitu tambang emas, teknologi digital, solusi berbasis alam, dan energi baru dan terbarukan (EBT).

“Hal ini dilakukan untuk mendukung aspirasi perseroan untuk meningkatkan pendapatan dari sektor non batubara menjadi 50 persen di tahun 2025,” ujarnya.

Selain itu, Indika Energy juga berkomitmen menerapkan ESG (environmental, social, and governance). Perusahaan menargetkan akan mencapai netral karbon pada 2050. “Keberlanjutan juga menjadi agenda utama dalam seluruh kegiatan operasional kami pada 2022,” katanya. 

Beroleh pinjaman

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu (29/12/2021), Indika Energy melalui anak usahanya, PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KTGE), telah meneken perjanjian kredit sindikasi mencapai US$70 juta atau setara Rp997,50 miliar.

Kredit sindikasi itu diperoleh dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank UOB Indonesia. Ada pun fasilitas pinjaman ini memiliki tenor 5,5 tahun, atau sampai 31 Desember 2026, di mana atas pinjaman tersebut KTGE dikenakan bunga LIBOR 3M 2,5 persen per tahun.

“Pinjaman tersebut akan digunakan oleh KGTE untuk membayar pinjaman Perseroan kepada Indika Capital Pte. Ltd,” demikian pernyataan manajemen Indika. Menurut manajemen, transaksi ini tidak berdampak material, namun akan meningkatkan kinerja perseroan.

Pada saat berita ini ditulis, saham emiten berkode INDY itu mencapai Rp1.475 per saham. Dalam enam bulan terakhit, saham Indika meningkat 13,03 persen. Namun, secara tahunan menurun 14,74 persen.

Related Topics