MARKET

Koreksi Harga Bitcoin Dianggap Wajar Secara Teknikal & Siklus Tahunan

Setelah mengalami all-time high, harga biasanya terkoreksi.

Koreksi Harga Bitcoin Dianggap Wajar Secara Teknikal & Siklus TahunanIlustrasi Bitcoin. (Shutterstock/Coyz0)
04 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tren koreksi harga Bitcoin sepanjang tahun ini dianggap wajar terlebih jika ditengok secara analisis teknikal karena pernah terjadi sebelumnya dan merupakan siklus tahunan.

Bitcoin bulan lalu turun hampir 38 persen, dan dianggap koreksi bulanan terbesar kedua sejak Agustus 2011 yang mencapai 38,6 persen, menurut data dari CoinGecko. Aset kripto ini sempat diperdagangkan di posisi US$31 ribu pada awal Juni, lalu turun ke US$17 ribuan pada pertengahan bulan, dan ditutup di akhir Juni pada kisaran US$19 ribuan.

Saat artikel ini ditulis, berdasarkan data dari coinmarketcap.com, Senin (4/7), nilai Bitcoin sekitar US$19 ribuan. Padahal, pada awal tahun ini atau secara year-to-date/ytd nilainya masih US$46 ribuan.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengatakan kondisi saat ini pernah terjadi pada 2018 dan 2014 jika didasarkan pada analisis teknikal. Situasi itu juga terjadi usai Bitcoin mencapai titik harga baru.

“Setelah Bitcoin mengalami all time high di 2013, 2017 dan 2021, maka akan terjadi penurunan harga yang cukup signifikan di tahun berikutnya yang diikuti dengan penurunan kripto lainnya. Kita bisa lihat bagaimana penurunan terjadi pada 2014, 2018 dan sekarang di tahun 2022,” katanya dalam keterangan resmi.

Meski demikian, siklus ini kerap dimanfaatkan oleh investor untuk menebus aset kripto, kata Oscar. “Momen bearish saat ini justru adalah momen yang sering dimanfaatkan para trader jangka panjang untuk mengumpulkan portofolio kripto dengan membeli kripto yang mereka inginkan di harga yang murah,” ujarnya.

Proyeksi

Ilustrasi mata uang kripto.
Ilustrasi mata uang kripto. (Pixabay/amhnasim)

Koreksi Bitcoin pada Juni terjadi di tengah sejumlah sentimen seperti perekonomian makro, terutama dari kekhawatiran inflasi, penyesuaian kebijakan moneter, dan krisis geopolitik Eropa Timur, menurut CoinDesk.

Itu belum termasuk kabar negatif dari industri aset kripto, seperti kasus pailit pemberi pinjaman aset kripto Celcius Network, likuidasi dana lindung nilai Three Arrows Capital, dan kasus stablecoin Terra. “Kerugian disebabkan oleh banyak faktor,” kata Ketua perusahaan investasi kripto Centurion & Co. Ali Kassab.

Dalam kondisi pasar aset kripto seperti sekarang, trader ataupun investor perlu memahami pentingnya aset teknikal, kata Oscar. Pada saat bersamaan, investor bisa mengimplementasikan manajemen keuangan yang baik. “Karena yang terpenting dari trading bukanlah naik dan turunnya harga, melainkan manajemen keuangan yang baik,” ujarnya.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menyebut saat ini investor tengah kompak menjaga nilai aset kripto di atas level support-nya. Dia menyebut harga Bitcoin akan ditahan pada kisaran US$20 ribuan.

Afid mengutip data on-chain Glassnode yang menunjukkan investor kripto kelas kakap atau whales telah menarik 8.755 keping Bitcoin atau setara US$181,67 juta dari platform pertukaran ke dompetnya masing-masing. Aktivitas itu, kata dia, diprediksi akan mendorong harga aset kripto ke zona hijau.

Namun, aset kripto secara umum masih dalam tren penurunan atau bearish, kata Afid. Jumlah analis yang mempertimbangkan soal sentimen resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif juga tak sedikit. Secara teori, resesi akan terjadi dan membawa nilai dari dolar AS lebih rendah. Ini akan mengangkat nilai dari aset yang dianggap sebagai lindung nilai.

"Bitcoin bisa saja jatuh kembali ke area di bawah US$20 ribu atau bahkan bisa semakin dalam, mengingat kondisi pasar yang memang sangat rapuh," ujarnya dalam rilis kepada media. Jika harga Bitcoin menembus di bawah US$19 ribu, ia berisiko jatuh ke level support US$17 ribuan.

Related Topics