MARKET

Mengenal Neraca Perdagangan, Salah Satu Indikator Penting Ekonomi

Penilaian terhadap neraca perdagangan harus hati-hati.

Mengenal Neraca Perdagangan, Salah Satu Indikator Penting EkonomiIlustrasi neraca perdagangan/Shutterstock/Massimo Vernicesole
24 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Ihwal neraca perdagangan sering disebut saat membicarakan perekonomian Indonesia selama pandemi COVID-19. Banyak pihak memberikan perhatian pada kinerja neraca perdagangan Indonesia. Rasanya itu lumrah, sebab neraca perdagangan merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur perekonomian.  

Lalu, apa sebenarnya neraca perdagangan itu? Jika menengok definisi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), neraca perdagangan (balance of trade/BoT) merupakan ikhtisar yang menunjukkan selisih antara nilai transaksi ekspor dan impor suatu negara dalam jangka waktu tertentu.  

Jika merujuk batasan yang dimuat Investopedia, neraca perdagangan adalah perbedaan antara nilai ekspor dengan impor suatu negara pada periode tertentu. Sederhananya, neraca perdangan merupakan selisih atau pengurangan nilai ekspor dengan impor.

Neraca perdagangan ini juga dapat disebut dengan istilah lain, yaitu neraca perdagangan internasional atau ekspor neto.

Memahami perhitungan neraca perdagangan

Menghitung neraca perdagangan tidak sulit, yaitu dengan mengurangi nilai ekspor dengan impor suatu negara pada periode tertentu.

Sebuah negara yang mengekspor lebih banyak barang dan jasa ketimbang impor dalam hal ini memiliki neraca perdagangan surplus. Sebaliknya, negara yang mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada ekspor memiliki defisit neraca perdagangan.

Sebagai contoh, negara ABC mengimpor barang dan jasa senilai US$250 miliar pada Oktober 2021. Akan tetapi, pada periode sama negara tersebut hanya mengekspor US$225 miliar. Dengan begitu, neraca perdagangannya beroleh defisit US$25 miliar.  

Mengapa neraca perdagangan itu indikator penting

Ya, penting, tapi harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Menyitir kembali Investopedia, kondisi surplus atau defisit neraca perdangan memang tidak selalu dapat dijadikan patokan dalam menilai apakah kondisi perekonomian sedang sehat.

Misalnya, dalam kondisi resesi (pertumbuhan ekonomi negatif) negara-negara lebih memilih untuk mengekspor lebih banyak demi penciptaan lapangan kerja dan permintaan. Dengan begitu, dapat dipastikan neraca perdagangannya akan banyak mengalami surplus.

Sedangkan, pada saat ekonomi berekspansi di kondisi normal, negara-negara tersebut lebih memilih untuk mengimpor lebih banyak demi mendorong persaingan harga dan membatasi inflasi (kenaikan harga). Itu bisa diartikan bahwa neraca perdagangannya akan banyak mengalami defisit karena impor yang lebih besar.

Related Topics