MARKET

Tinggal 30%, XL Axiata Lepas Sebagian Saham Anak Usaha Pusat Data

PDG merupakan perusahaan pusat data dengan operasi di Asia.

Tinggal 30%, XL Axiata Lepas Sebagian Saham Anak Usaha Pusat DataKaryawan mengamati kondisi jaringan XL Axiata di Jakarta, Selasa 21 Januari 2020. Shutterstock/Triawanda Tirta Aditya
17 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT XL Axiata Tbk melepas sebagian saham PT Princeton Digital Group Data Centres (PDGDC), anak usaha di bidang pusat data, kepada Princeton Digital Group (Indonesia Alpha) Pte Limited (LPG). Transaksi ini merupakan kelanjutan dari aksi dimaksud pada 2019.

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen XL mengatakan, perusahaan, Jumat (13/5), sepakat untuk mengalihkan 245.362 saham dalam PDGDC kepada Princeton Digital Group.

Dengan begitu, menurut manajemen perusahaan berkode EXCL ini, susunan pemegang saham PDGDC sebagai berikut. XL Axiata, misalnya, saat ini mengendalikan 2,01 juta lembar saham atau setara dengan 30 persen. Nilainya mencapai Rp201,01 miliar.

Sedangkan, Princeton Digital Group mengendalikan 70 persen saham atau senilai 4,69 juta lembar saham dengan harga Rp670,04 juta.

“Dapat kami sampaikan pengalihan saham perseroan di PDGDC kepada Princeton Digital Group sebagaimana dimaksud di atas merupakan satu kesatuan rangkaian transaksi dengan transaksi sejenis sebelumnya dengan PDG dan PDGDC yang telah dilakukan secara bertahap dari 2019,” demikian keterangan resmi Corporate Secretary XL Axiata, Ranty Astari Rachman, dikutip Selasa (17/5).

Sebagai informasi, XL Axiata sebelumnya menggenggam 2,25 juta saham PDGDC atau setara 33,62 persen. Sementara, kepemilikan Princeton Digital Group atas saham PDGDC mencapai 66,33 persen.

Dikutip dari situs resminya, Princeton Digital Group memiliki investasi dalam pengembangan dan pengoperasian infrastruktur pusat data di Asia, termasuk Cina, Singapura, India, Indonesia, dan Jepang. Perusahaan memiliki 20 pusat data di 14 kota di 5 negara.

Dalam laporan XL Axiata, pada Juni 2019 perusahaan meneken perjanjian dengan Princeton Digital dan perseroan setuju untuk melakukan perjanjian membentuk perusahaan baru, mengalihkan aset tertentu, penjualan saham dan sewa balik untuk sebagian dari aset tersebut selama periode sepuluh tahun yang dapat diperpanjang untuk periode lima tahun berikutnya. Perusahaan baru tersebut didirikan dengan nama PT Princeton Digital Group Data Centres.

Kinerja XL Axiata kuartal pertama 2022

Shutterstock_Triawanda Tirta Aditya

XL Axiata belum lama ini mengumumkan pencapaian kinerja kuartal pertama tahun ini. Dalam laporan yang baru dirilis, Selasa (10/5), pendapatan perseroan meningkat 7,9 persen dalam setahun (year-on-year/yoy) menjadi Rp6,74 triliun.

Secara terperinci, XL Axiata mengantongi pendapatan data Rp5,69 triliun, atau naik 9,2 persen yoy. Sedangkan, pendapatan nondata mencapai Rp497,08 miliar. Itu belum termasuk pendapatan jasa telekomunikasi lainnya Rp353,49 miliar, jasa interkoneksi Rp126,28 miliar, sirkit langganan Rp69,91 miliar, dan sewa menara Rp14,74 miliar.  

Presiden Direktur XL Axiata, Dian Siswarini, mengatakan peningkatan pengalaman pelanggan kini menjadi salah satu fokus utama perseroan dalam meningkatkan kinerja. Strategi ini dipandang sebagai ikhtiar terbaik dalam menghadapi kompetisi bisnis yang ketat, ketimbang merespons persaingan tarif layanan.

“Hasilnya kini bisa dirasakan, di mana di kuartal pertama setiap tahun yang selalu berat, pendapatan XL Axiata tetap terus tumbuh secara tahunan, dengan kontribusi pendapatan layanan data kini mencapai 96 persen. Artinya, secara rata-rata pelanggan semakin mendapatkan kenyamanan atas layanan yang kami berikan,” kata Dian dalam rilis kepada media, dikutip Rabu (11/5).

Namun, laba XL Axiata periode sama turun 56,6 persen menjadi Rp139,09 miliar. Sebagai informasi, tahun lalu secara keseluruhan laba perusahaan mencapai Rp1,29 triliun, atau meningkat 246,6 persen dari Rp371,59 miliar pada 2020.

XL Axiata mengalokasikan belanja modal Rp9 triliun, atau relatif sama dengan tahun lalu.

Menurut Dian, perseroan melihat sejumlah peluang positif industri telekomunikasi tahun ini, seperti permintaan terhadap data seiring cara kerja digital, potensi peningkatan permintaan layanan fixed broadband, dan pengembangan layanan konvergensi.

Related Topics