Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Meski Pasar Masih Sedikit Cemas, IHSG Diprediksi Lanjut Rebound

VideoCapture_20250410-173712.jpg
Ilustrasi perdagangan di bursa saham. (Fortune Indonesia/Tanayastri Dini)

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan menguat lagi pada Jumat (11/4), setelah berhasil rebound 4,79 persen ke level 6.254,02 kemarin.

Secara teknikal, Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menjelaskan, IHSG akan membuka peluang terhadap pembalikan tren hanya jika berhasil menembus di atas resisten fraktal 6.510. "Sedangkan apabila IHSG masih di bawah 6510 maka tren turun sebelumnya dapat berlanjut menuju 5760," ujar Ivan dalam riset hariannya.

Adapun, level support IHSG berada di 6.188, 5.878, 5.760, dan 5.644. Sementara level resistennya berada di 6.376, 6.510, dan 6.663. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral.

Ivan memproyeksikan IHSG hari ini bergerak di rentang 6.190 dan 6.360. Daftar saham yang ia soroti, yakni: INDF, INKP, ISAT, MAPI, dan MEDC.

Di lain sisi, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG melaju di kisaran support 5.970, pivot 6.250, dan resisten 6.500. Saham-saham yang Phintraco Sekuritas soroti hari ini, yakni: TLKM, UNVR, SCMA, JPFA, dan KLBF.

Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy K mengatakan, IHSG menutup sebagian gap down yang terbentuk akibat sell-off di 8 April 2025 melalui rebound sebesar 4,79 persen ke level 6.254 di Kamis (10/4). Rebound tersebut sayangnya bahkan belum mampu menutup target gap pertama di 6.270. "Kondisi ini mengindikasikan masih adanya keraguan atau kurangnya confidence pelaku pasar," jelas Valdy.

Hal tersebut didasari oleh kecenderungan arah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang sangat dinamis. Ditambah dengan belum adanya hasil konkret antara negosiasi pemerintah Indonesia dengan AS. Pelaku pasar juga mengkhawatirkan kondisi intensitas perang dagang antara AS dengan Tiongkok kali ini yang dinilai lebih signifikan dibanding perang dagang pertama yang lalu.

Sampai saat ini, Tiongkok belum membuka peluang negosiasi, meski AS beberapa kali memberikan klu negosiasi dengan Tiongkok. "Hal ini meningkatkan risiko bagi indonesia, baik di sisi penurunan nilai ekspor ke Tiongkok, maupun potensi semakin membanjirnya produk Tiongkok di Indonesia," kata Valdy.

Pelaku pasar juga mencermati eksekusi dari sejumlah rencana kebijakan terbaru yang berkaitan dengan upaya untuk memperbesar nilai impor produk AS.

Share
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us