Ringgit Jadi Mata Uang dengan Kinerja Terbaik di Asia, Ini Pendorongnya

- Ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada 2025, menguat 8,2% terhadap dolar AS dan 3,3% terhadap dolar Singapura.
- Kinerja positif ringgit disebabkan oleh pertumbuhan produksi pabrik yang kuat, sentimen membaik setelah KTT ASEAN, pelemahan dolar AS, dan minat pasar terhadap obligasi Malaysia.
- Analis memprediksi Bank Negara Malaysia tidak akan mengubah suku bunga tahun depan, sementara ringgit diprediksi akan mengungguli mata uang Asia lainnya untuk dua tahun berturut-turut ke depan.
Jakarta, FORTUNE - Ringgit Malaysia mejadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada sepanjang 2025. Pencapaian tersebut ditopang oleh menguatnya optimisme pasar terhadp ekonomi Malaysia, seta meredanya ketegangan perdagangan.
Hingga Jumat (15/12), ringgit berada di level 4,0928 terhadap dolar AS atau menguat 8,2 persen sejak awal tahun. Sementara nilainya naik 3,3 persen menjadi 3,1702 terhadap dolar Singapura.
"Ringgit mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir terhadap olar Amerika Serikat (AS), dan tiga tahun terakhir terhadap dolar Singapura," demikian dikutip dari Business Time, Senin (15/12).
Saktiandi Supaat, Kepala Riset dan Strategi Valuta Asing di Maybank menerangkan bahwa Sebagian kinerja positif ringgit disebabkan pertumbuhan produksi pabrik yang kuat. Produk industri bulan Oktober naik 6 persen, pertumbuhan tercepat sejak September 2022.
"Kekuatan ini mencerminkan optimisme terhadap perekonomian Malaysia dan kaitannya dengan siklus teknologi global," katanya.
Dibandingkan dengan mata uang regional lain, Analis DBS, Philip Wee, mengatakan bahwa mata uang tersebut awalnya terdorong oleh sentimen positif pasca-Malaysia sukses menjadi penyelenggara KTT ASEAN. Sentimen ini kemudian diperkuat oleh pelemahan dolar AS secara luas setelah Federal Reserve AS melakukan pemotongan suku bunga minggu ini.
Selain itu, obligasi dari negeri jiran ini kian diminati pasar. Analis Maybank, Winson Phoon mengatakan, pada 5 Desember, dana global membeli obligasi Malaysia mencapai RM6,1 miliar atau sekitar US$1,9 miliar pada bulan November. Ini merupakan arus masuk terbesar dalam enam bulan terakhir.
Sikap The Fed yang dovish kemudian menekan dolar AS dan menambah penurunan nilainya terhadap ringgit dan dolar Singapura.
"Kami memperkirakan ringgit dan dolar Singapura akan terus berkinerja baik terhadap dolar AS, meskipun ringgit bisa terus berkinerja lebih baik," ujarnya.
Bloomberg melaporkn, sejumlah analis memprediksi Bank Negara Malaysia (BNM) yang merupakan bank sentral negara itu tidak berencana mengubah suku bunga pada tahun depan.
Analis di Bank of Singapore Ltd. dan MUFG Bank Ltd. bahkan memperkirakan ringgit akan mengungguli mata uang Asia lainnya untuk dua tahun berturut-turut ke depan. Menurutnya, ringgit akan diperdagangkan dekat level 4.00 per dolar AS pada tahun depan. Sementara Goldman Sachs Group Inc memprediksi mata uang tersebut akan menguat ke level 3.95, yang akan menjadi level tertinggi dalam tujuh tahun.
"Ringgit tampaknya akan memperpanjang penguatannya tahun depan, didukung oleh ekspor teknologi yang kuat akibat permintaan kecerdasan buatan yang melonjak dan aliran investasi langsung asing yang meningkat, terutama ke pusat data," kata Moh Siong Sim, analis valuta asing di Bank of Singapore, dikutip dari Bloomberg.











