Awal Tahun Ceria, IHSG DIprediksi Naik Berkat January Effect
Ada sejumlah sentimen yang pengaruhi laju IHSG hari ini.
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diprediksi menguat pada Selasa (2/1), setelah libur panjang tahun baru 2024.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova memproyeksikan IHSG bergerak di kisaran support 7.240 dan resisten di 7.300, setelah melemah 0,43 persen di level 7.272,79 pada akhir perdagangan 29 Desember 2023.
Ia menjelaskan, IHSG berpeluang menguji kembali resisten 7.356 karena masih ada dalam struktur bullish pada chart mingguannya. "Namun demikian, IHSG bisa memulai pelemahan menuju 7.137 apabila menembus ke bawah 7.239 pada pekan ini," jelas Ivan dalam riset harian kepada pers.
Adapun, level support IHSG berada di 7.239, 7.173, dan 7.092. Sementara level resistennya di 7.356, 7.421, dan 7.500. Berdasarkan indikator MACD menanadakan momentum bullish. Dua saham yang ia soroti hari ini adalah PGAS dan TLKM.
Phintraco Sekuritas pun memprediksi IHSG menguji level 7.300 hari ini, sejalan dengan peluang death cross dari Stochastic RSI.
Sentimen pasar di awal tahun 2024 datang dari ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga acuan di kuartal pertama 2024. "CME Fedwatch Tool menunjukkan peluang pemangkasan The Fed Rate 71,4 persen pada FOMC Maret 2024," jelas Analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis.
Dus, itu memantik menguatnya nilai tukar rupiah hingga 0,13 persen ke level Rp15.395 per dolar Amerika Serikat pada akhir pekan lalu.
Sementara itu, sentimen dari pasar domestik berasal dari proyeksi pertumbuhan ekonomi lebih positif di tahun politik. Harapannya itu bisa membuka peluang terjadinya January Effect di 2024.
"Peluang penguatan IHSG di Januari sebesar 58 persen dari 2000-2023," katanya.
Level resisten IHSG berada di 7.300 dengan support 7.200. Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan menambahkan, sejalan dengan mayoritas indeks global dan regional, IHSG ditutup menguat 6.16 persen (ytd) di 2023. Rally terjadi di akhir November 2023 hingga Desember 2023.
"Kondisi ini salah satunya dipicu oleh keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan di November dan Desember 2023, sejalan dengan kebijakan moneter yang less-aggressive dari the Fed, ECB dan mayoritas bank sentral besar lainnya pada periode tersebut," jelasnya dalam riset.
Memasuki tahun 2024, pasar diperkirakan mengantisipasi data-data manufaktur dari Cina, Jerman, dan Indonesia. Selain itu BPS juga dijadwalkan merilis inflasi Desember 2023 yang diperkirakan relatif stabil di 2.85 persen (YoY). Dengan demikian, inflasi tahunan diperkirakan sesuai dengan asumsi APBN 2023 di 2 persen-4 persen (YoY) di 2023.
Menurutnya, potensi January effect untuk melanjutkan window dressing di dua bulan terakhir 2023 berpotensi menopang rally IHSG di awal tahun ini. "Saham-saham bluechip, terutama perbankan diperkirakan masih menjadi mover IHSG. Top picks Selasa (2/1) meliputi BRIS, EXCL, JSMR dan AKRA," imbuhnya.