MARKET

Bagaimana Prospek Saham Emiten Nikel di 2024?

Target harga ANTM Rp1.850, sedangkan INCO Rp4.900 per saham.

Bagaimana Prospek Saham Emiten Nikel di 2024?Shutterstock/AlexLMX
06 February 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Seiring dengan semakin kerasnya gaung hilirisasi Nikel, bagaimana prospek emiten sektor nikel di 2024? Khususnya, jika dilihat dari kinerja 2023.

Pertama, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Volume penjualan meliputi: 20,1 ribu ton feronikel; 11,7 juta ton bijih nikel; 26,1 ton emas; 2,1 ton perak; 1,5 juta ton bauksit; dan 146 ribu ton alumina sepanjang 2023.

"Secara keseluruhan, pada segmen nikel, volume penjualan bijih nikel ANTM di atas perkiraan kami, sedangkan [penjualan] FeNi di bawah ekspektasi. Pada segmen logam mulia, penjualan emas relatif sesuai dengan perkiraan," jelas Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan dalam riset, Selasa (6/2).

Berdasarkan hasil operasional itu, MASI memproyeksikan pendapatan ANTM akan menurun sekitar 2-3 persen dari perkiraan awal senilai Rp41,7 triliun. Namun, secara keseluruhan, proyeksi itu masih relatif sesuai ekspektasi.

Di sisi lain, MASI memperkirakan EBITDA dan margin laba bersih ANTM masing-masing berada di level sekitar 12 persen dan 9 persen. "Secara keseluruhan, kami mempertahankan proyeksi EBITDA dan laba bersih masing-masing sebesar Rp4,8 triliun dan Rp3,7 triliun," tulis Rizkia.

Dari segi valuasi, harga ANTM dibidik di target harga Rp1.850 per saham. Per Selasa (6/2) pukul 15.19 WIB, harga saham ANTM berada di level Rp1.435 per saham.

Lebih lanjut, rasio price to earning (P/E) ANTM di 2024 ini adalah 9,1 kali. Sementara rasio price to book value (P/B) adalah 1,2 kali, dengan EV/EBITDA 6,4 kali.

Proyeksi pertumbuhan Vale Indonesia (INCO) di 2024

Bagaiamana dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO)? Pada 2023, INCO memproduksi 70.728 ton nikel matte, naik 17,7 persen (YoY). Itu relatif sesuai dengan perkiraan MASI, yakni 70.725 ton. Volume penjualannya diprediksi mencapai sekitar 70,4 ribu ton, meningkat 15,5 persen (YoY). Angka itu relatif sesuai dengan perkiraan MASI.

"Dari segi ASP (average selling price), kami memperkirakan ASP INCO pada 2023 akan menurun relatif sesuai dengan estimasi kami, dari sekitar US$17.290 per ton menjadi US$17.184 per ton," jelas Rizkia.

Dengan begitu, MASI mempertahankan proyeksi pendapatan senilai US$1,22 miliar. Sementara itu, margin kas diprediksi berkisar di level US$7.451 per ton, khususnya karena rendahnya harga jual batu bara walau ada sejumlah penyesuaian biaya yang positif karena menurunnya harga batu bara dan bahan bakar.

Secara menyeluruh, EBITDA dan laba bersih INCO diproyeksikan mencapai US$352 juta dan US$262 juta. Dari segi valuasi, MASI mempertahankan target harga INCO sebesar Rp4.900 per saham di 2024, yang mengimplikasikan EV/EBITDA 5,9 kali' rasio P/E 11,1 kali dan P/BV 0,9 kali. Per Selasa pukul 15.44 WIB, saham INCO sendiri berada di harga Rp3.680, melemah 3,92 persen.

Related Topics