MARKET

Unilever Indonesia Buka Suara Soal Permintaan 'Go Private'

Harga saham UNVR berada di titik terlemah selama 5 tahun.

Unilever Indonesia Buka Suara Soal Permintaan 'Go Private'Gedung kantor pusat Unilever di Rotterdam, Belanda. Shutterstock/Dmitry Rukhlenko
24 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memberi komentar mengenai analisis yang meminta perseroan menjadi perusahaan tertutup. Ini dikarenakan, kinerja saham Unilever yang terus merosot sehingga tidak memberikan keuntungan bagi investor. 

Pada perdagangan Kamis (24/2), saham emiten berkode UNVR terkoreksi 3,40 persen. Tingkat penurunan mingguannya tak jauh berbeda, yaitu -3,91 persen. Dalam sebulan belakangan, harganya bahkan anjlok 9,11 persen. Sejak awal 2022 hingga hari ini, pelemahan harga UNVR sudah melemah 12,77 persen.

Mengutip riset Nilzon Capital, kinerja saham UNVR bahkan berada jauh di bawah kinerja IHSG dan Indeks LQ45 sejak awal 2018 hingga saat ini. Sampai-sampai, emiten sektor consumer itu disarankan kembali menjadi perusahaan privat.

“Berdasarkan rasio harga terhadap penjualan,  trailing PER (price to earning ratio), dan rasio forward PER, UNVR saat ini diperdagangkan pada titik terendah setidaknya selama lima tahun belakangan.

Valuasi cukup menarik, tapi masih menunggu pemulihan

Sementara menurut Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, sebetulnya saham UNVR cukup menarik secara valuasi. “Tapi kalau dari sisi pandangan kami, harus menunggu turn around dari segi bisnisnya secepat apa ya,” kata Joezer di acara Fix Income and Equity Outlook 2022, dikutip Kamis (24/2).

Apalagi, perseroan harus menjaga kinerja di tengah berbagai tantangan pada tahun lalu. Dari lonjakan bahan baku, penurunan daya beli konsumen terhadap produknya, serta waktu transisi untuk memulihkan daya beli.

Joezer menambahkan, kompetisi di sejumlah lini bisnis Unilever juga masih tergolong kuat. “Unilever memang akan bebenah pada 2022, banyak strategi yang mereka canangkan. Jadi investor ini memang menunggu-menunggu (apakah) strategi ini mulai menunjukkan dampak positif atau tidak?” jelasnya.

Oleh karena itu, Mandiri Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi withdraw atas saham UNVR. Bila ke depannya mulai muncul sinyal-sinyal perbaikan kinerja, lembaga sekuritas itu mungkin akan lebih optimistis terhadap UNVR.

Masalahnya bukan hanya di daya beli

Dalam risetnya, Nilzon Capital menggali lebih dalam akar masalah dari lesunya laju saham UNVR. Berikut poin rinciannya: 

1. Kinerja keuangan lesu dan kegagalan memenuhi ekspektasi pasar secara beruntun

Sesuai data dalam 12 kuartal terakhir, UNVR membukukan kinerja keuangan lebih rendah dari harapan sebanyak 10 kali. Sementara dalam enam kuartal belakangan ini, rata-rata EPS-nya mencetak hasil laba 13 persen lebih rendah dari perkiraan rata-rata.

Dari 17 analis yang dicermati oleh Refinitiv, hanya satu yang merekomendasikan Beli, sedangkan enam sisanya menetapkan ekspektasi di bear camp atau pesimistis.

“Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut pada harga saham, memebrikan tekanan pada manajemen dan eksekutif utama untuk menerapkan perubahan radikal dan mengambalikan kepercayaan investor,” tulis riset tersebut.

2. Problematika biaya pemasaran

Selama beberapa dekade terakhir, jumlah pengeluaran iklan UNVR hampir 50 persen dari laba bersih pada 2021. Bahkan biaya pemasaran dan penjualan perseroan melampaui pengeluaran perusahaan induknya, Unilever PLC (20,08 persen VS 13,98 persen).

Sayangnya, data sejak 2016–2021 menunjukkan, pengeluaran iklan perseroan justru tak berdampak langsung terhadap penjualan bersih.

“Dengan asumsi bahwa biaya iklan tidak berkorelasi langsung dengan penjualan bersih, dan pemotongan biaya iklan dapat langsung masuk ke laba bersih, maka demi kepentingan pemegang saham sebaiknya manajemen UNVR memangkas biaya iklan secara signifikan,” saran Nilzon Capital.

3. Relevansi produk yang tertekan

Nilzon menyoroti kinerja UNVR yang lebih rendah dari pertumbuhan PDB konsumsi rumah tangga Indonesia pada 2017, 2018, 2019, dan 2021. Lembaga itu mengatakan, “Ada kemungkinan, pertumbuhan penjualan bersih UNVR beberapa tahun terakhir terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga jual rata-rata, bukan volume penjualan.”

Berkurangnya relevansi produk UNVR juga terjadi akibat sampah plastik Unilever yang mencapai 0,7 juta metrik ton (2019). Guna mengatasi itu, perusahaan telah melakukan teknologi daur ulang sampah bernama Proses CreaSolv.

Akan tetapi, menurut investigasi Global Alliance for Incinerator yang dikutip Nilzon, UNVR kabarnya sudah menyetop operasi proyek itu karena tantangan logistik, keuangan, dan teknis.

Dalam keterangan tertulis kepada Fortune Indonesia, Kamis (24/2), Direktur dan Sekretaris Perusahaan UNVR, Reski damayanti menyampaikan strategi berupa gagasan inovatif—dari desain kemasan hingga penanganan pascapenggunaan oleh konsumen—untuk merespons permasalahan plastik di Indonesia sesuai target Unilever secara global. Berikut perinciannya:

- Mengurangi 50 persen plastik baru pada 2025.

- Memastikan 100 persen kemasan plastik dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diurai.

- Mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada produk yang dijual.

- Meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang di kemasan setidaknya 25 persen.

4. Penilaian kinerja anggota direksi oleh diri sendiri

Mengacu pada laporan keuangan UNVR 2021, UNVR menyebut pihak utama untuk menilai kinerja direktur adalah diri mereka sendiri. Lalu akan dievaluasi oleh dewan komisaris. Nilzon Capital menyebut, itu memungkinkan adanya penilaian subjektivitas dan kekurangan peer review.

Karena itu, perusahaan menyarankan agar Unilever Indonesia mengimplementasikan program share reward bagi manajemen guna memaksimalkan keselarasan kepentingan eksekutif dan kepentingan investor.

“Akan lebih adil bagi pemegang saham jika paket kompensasi manajemen UNVR dikaitkan langsung dengan harga saham dan diberi batasan, di mana saat ini masih belum seperti itu,” tulis riset tersebut.

Related Topics