IHSG Dibayangi Potensi Aksi Jual, Masih Rawan Melemah Lagi
Namun, penguatan rupiah diharap mampu meredam aksi jual.
Fortune Recap
- IHSG diproyeksikan menguat setelah rebound minor di atas support Fibonacci 7.228, namun berpotensi melanjutkan tren turun.
- Level support IHSG hari ini ada di 7.228, 7.161, dan 7.061, sementara level resistennya ada di 7.381, 7.451, dan 7.506.
- Penguatan nilai tukar rupiah dapat meredam tekanan aksi jual pada pekan ini, namun sentimen baru relatif minim dan tekanan jangka pendek berasal dari spekulasi stimulus fiskal tambahan dari Tiongkok.
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diproyeksikan menguat pada Senin (11/11), setelah ditutup naik 0,60 persen pada Jumat (8/11).
Menurut Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, IHSG mengalami rebound minor di atas support Fibonacci 7.228. Kendati demikian, ia memprediksi IHSG akan melanjutkan tren turun sebelumnya menuju 7.161 jika nanti tetap berada di bawah 7.400.
Level support IHSG hari ini berada di 7.228, 7.161, dan 7.061. Sementara itu, level resistennya ada di 7.381, 7.451, dan 7.506. Berdasarkan indikator MACD, itu menandakan momentum bearish.
Ivan memperkirakan IHSG hari ini bergerak di antara support 7.260 dan resisten 7.360. Daftar saham pilihannya adalah ARTO, ASII, BMRI, KLBF, dan MEDC.
Di sisi lain, Phintraco Sekuritas menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah yang berlangsung sampai dengan akhir pekan lalu akan berlanjut dan mampu meredam tekanan aksi jual pada pekan ini. Adapun, rupiah menguat ke Rp15.665 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu.
Secara teknikal, IHSG sempat technical rebound lebih dari 1 persen ke 7.350 di awal perdagangan Jumat (8/11). Sayangnya IHSG ditutup dengan membentuk pola inverted hammer pada level 7.287.191 (8/11).
"Pergerakan tersebut mengindikasikan bahwa IHSG belum mampu keluar dari tekanan jual," kata Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan dalam riset hariannya.
Sentimen baru relatif minim. Pelaku pasar masih mencoba mencari bottom level selepas serangkaian acara yang menekan level kepercayaan diri pasar. Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi melambat ke 4,95 persen (YoY) pada kuartal III 2024. Dari eksternal, kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS memicu kekhawatiran prospek outlook ekonomi global dengan kebijakan inward looking-nya.
Tekanan jangka pendek juga berasal dari spekulasi stimulus fiskal tambahan dari pemerintah Tiongkok di akhir pekan ini. Sebagai informasi, IHSG cenderung tertekan setiap kali Tiongkok mengumumkan stimulus ekonomi. Pengumuman ini selalu dikaitkan dengan kecenderungan capital outflow dari pasar modal Indonesia.
Sesuai perkiraan, FOMC dan statement Kepala the Fed, Jerome Powell meredam tekanan jual, namun tidak ada euforia berlebihan.
Saham-saham yang dapat diperhatikan meliputi ADMR, INCO, SSIA, ICBP, PNLF, ARTO, dan EMTK.