MARKET

OJK Beri Sinyal IPO Blibli Semakin Dekat

Blibli disebut akan gelar IPO, mengikuti jejak GOTO

OJK Beri Sinyal IPO Blibli Semakin DekatIlustrasi situs Blibli. (Shutterstock/Monticello)
15 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kabar IPO Blibli makin santer terdengar. Sebab, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja mengisyaratkan e-commerce milik Djarum Group bakal melantai ke pasar modal.

Pada akhir pekan lalu (11/6), setidaknya sudah ada 57 perusahaan yang antre di pipeline IPO Bursa Efek Indonesia. Delapan di antaranya datang dari sektor teknologi, dengan perkiraan pengumpulan dana senilai Rp7,36 triliun.

Menurut Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal I, OJK, Djustini Septiana, itu karena nilai IPO para perusahaan teknologi terbilang tinggi walau belum banyak unikorn dan dekakorn yang terlibat. “Pada saat mereka melakukan IPO itu, offering-nya cukup tinggi, seperti GOTO dan sebentar lagi Blibli,” ujarnya di acara Media Briefing OJK secara virtual, Selasa (14/6).

Sebelumnya, Blibli memang dikabarkan bakal dikawinkan dengan Tiket.com saat menggelar IPO. Dua afiliasi Grup Djarum itu disebut mempertimbangkan opsi merger setelah rencana IPO lewat jalur SPAC gagal, dikutip dari Bloomberg.

Saat dihubungi beberapa waktu lalu, pihak Blibli sendiri enggan mengomentari isu IPO yang makin kencang beredar.

Antrean IPO di BEI

Bursa Efek Indonesia/Dok. Desy Y/Fortune Indonesia

Sementara itu, 57 calon emiten di antrean IPO BEI diperkirakan akan menghimpun dana senilai Rp18,15 triliun. Harapannya, saham mereka bisa efektif tercatat di pasar modal hingga penghujung 2022.

Meski begitu, perkiraan itu belum dalam status final. “Karena ketidakpastiannya cukup tinggi, dipengaruhi faktor eksternal dan internal perusahaan itu sendiri,” katanya lagi.

Di luar perusahaan teknologi, ada pula 49 perusahaan yang berasal dari berbagai sektor dengan estimasi total raihan dana berbeda-beda, yakni:

  • 2 perusahaan kesehatan: Rp102,8 miliar.
  • 3 perusahaan industri: Rp129,7 miliar.
  • 3 perusahaan finansial: Rp89,8 miliar.
  • 3 perusahaan transportasi dan logistik: Rp729,7 miliar.
  • 3 perusahaan properti dan real estat: Rp249,3 miliar.
  • 4 perusahaan energi: Rp5,6 triliun.
  • 5 perusahaan bahan baku: Rp372,6 miliar.
  • 6 perusahaan infrastruktur: Rp404,4 miliar.
  • 7 perusahaan konsumer primer: Rp342,1 miliar.
  • 13 perusahaan non-primer: Rp2,5 triliun.

Related Topics