
28 February 2023
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak konsolidatif, Selasa (28/2), di tengah penantian pasar akan rilis data inflasi dan PMI manufaktur. Kemarin sore, IHSG ditutup melemah 0,03 persen di level 6.854,77.
Apalagi, dengan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya mengingatkan investor untuk waspada. “Kecenderungan pelemahan masih [berpotensi] terjadi,” tulisnya dalam riset.
Ia memperkirakan IHSG melaju di kisaran support 6.759 dan resisten di level 6.954. Sejumlah saham pilihannya di tengah potensi pelemahan terbatas, yakni: AaLI, SMRA, ASII, BBNI, dan BBCA.
Kendati demikian, William mengatakan musim rilis data kinerja emiten masih akan menopang laju IHSG. Ditambah dengan arus capital inflow yang masuk ke pasar Indonesia.
Di sisi lain, Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova memproyeksikan IHSG rebound guna menguji resisten terdekat di 6.893 hari ini, walau chart harian masih berada di bawah garis SMA-20.
Tapi, IHSG cenderung akan meluncur menuju 6.760 jika menembus ke bawah 6.807 lagi. Level support IHSG berada di 6.760, 6.712, dan 6.644, sedangkan resistennya di 6.893, 6.923, dn 6.968. Indikator MACD mengindikasikan momentum bearish. Saham-saham pilihannya, yaitu: ADRO, ASII, BBNI, BMRI, dan CPIN.
Proyeksi laju IHSG selama sepekan ini

Lebih lanjut, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra menyebut ada dua sentimen utama yang bisa mempengaruhi pergerakan IHSG, yaitu: PMI Manufaktur dan inflasi Februari.
Perihal PMI Manufaktur, pada Januari terjadi ekspansi lebih cepat ke level 51,3; dari 50,3 pada Desember 2022. Permintaan domestik telah menopang ekspansi manufaktur bulan lalu. Selama 17 bulan terakhir, PMI Manufaktur pun menunjukkan ekspansi. Sementara itu, rilis data PMI Manufaktur teranyar akan berlangsung pada Rabu (1/3).
Sementara itu, terkait inflasi, angka pada Januari menunjukkan inflasi yang naik 0,66 persen (MoM) karena kelompok makanan dan minuman. Secara tahunan, angka 5,28 persen masih lebih rendah dari periode serupa pada 2022.
“Inflasi inti masih cukup terjaga di rentang 3 persen dan yang terbaru akan dirilis 1 Maret 2023, dengan konsensus inflasi umum 5,50 persen (YoY). Kita harus menyikapinya dengan hati-hati. Kalau inflasinya lebih tinggi dari konsensus, bisa menjadi sentimen negatif,” jelas Rifqi kepada Fortune Indonesia.
Di tengah potensi penurunan IHSG dan peluang penguatan terbatas saham-saham di minggu ini, Indo Premier Sekuritas pun menyorot sejumlah saham, meliputi: ASII, BSDE, AGII, LSIP, AKRA, PTBA, dan TLKM.