MARKET

Prospek Seksi Pasar Obligasi di Tengah Volatilitas Saham

Jenis obligasi menengah dan jangka panjang bisa jadi pilihan

Prospek Seksi Pasar Obligasi di Tengah Volatilitas SahamObligasi. (ShutterStock/Hadayeva Sviatlana)

by Tanayastri Dini Isna KH

14 April 2023

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau konsisten bergerak di zona hijau, Jumat (14/4), hingga pukul 15.08 WIB. Kendati demikian, bukan berarti volatilitas pasar benar-benar hilang.

Menurut Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy pergerakan pasar saham masih dibayangi oleh pertumbuhan gross domestic product (GDP) Amerika Serikat (AS) yang diprediksi negatif. Risikonya, AS bisa saja mengalami resesi. 

Memang, di AS masih terjadi pertumbuhan pasar tenaga kerja. Tapi, itu lebih didominasi oleh pekerja paruh waktu di sektor ritel dan hospitality. Sementara banyak pekerja penuh waktu di-PHK.

Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan, total pekerja paruh waktu AS naik lebih dari 1 juta pada Desember dan Januari dibandingkan dua bulan sebelumnya. Riset Zippia menunjukkan, ada 27,42 juta pekerja paruh waktu di AS per Januari 2023.

Di sisi lain, pekerja kerah putih (white collar) banyak menjadi korban PHK, khususnya di bidang teknologi dan perbankan. “Pasar properti juga mulai menunggu kejatuhan karena mortgage rate naik, tapi banyak PHK. Ditambah ada credit crunch,” jelasnya di acara Media Day April 2023, dikutip Jumat.

Dus, ia menyarankan agar para investor pasar saham mencari alternatif investasi. Salah satunya, bisa ke obligasi.

Prospek seksi pasar obligasi dan obligasi pemerintah

Di tengah peluang kenaikan suku bunga acuan The Fed pada kuartal II 2023, senior Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto memprediksi pasar obligasi cerah. Khususnya untuk jangka menengah dan panjang.

“Kini pasar berekspektasi suku bunga naik sekali lagi sebelum turun pada kuartal III 2023 atau semester I 2024,” katanya. “Yield obligasi masih positif, kompetitif dengan nilai tukar rupiah yang stabil dan menguat.”

Data riset Mirae Asset Sekuritas menunjukkan, tingkat yield obligasi tenor 10 tahun mencapai  1,72 persen, di posisi ketiga tertinggi setelah Afrika Selatan dan Tiongkok.

Tak hanya itu, pasar pun menanti siklus kebijakan moneter dari Bank Indonesia. Head of Fixed Income Mirae Asset Sekuritas, Nita Amalia menilai, investasi obligasi, khususnya SBN, cukup menarik sebab tingkat suku bunga BI sudah mencapai puncaknya–5,75 persen.

Adapun, per Maret 2023, porsi kepemilikan SBN oleh investor asing sejumlah Rp818,53 triliun (14,89 persen dari nilai beredar). Angka itu meningkat 14,36 persen dari Rp762,19 triliun di akhir 2022.

“Investor asing banyak masuk ke obligasi pemerintah karena tingkat risiko lebih rendah dan likuiditas lebih tinggi saat akan melakukan profit taking,” kata Nita.

Lebih lanjut, obligasi dengan tenor jangka pendek pun akan terdampak sentimen positif setelah pengumuman kebijakan suku bunga The Fed pada Mei 2023. Tapi, menurut Nita, obligasi tenor pendek masih relatif berfluktuasi di tengah ketidakpastian.

Related Topics