Produksi TBS dan CPO Naik, Begini Prospek Kinerja Astra Agro pada 2022
Mirae menaikkan target harga saham AALI menjadi Rp14.500

21 February 2022
Jakarta, FORTUNE - Emiten perkebunan milik konglomerasi Grup Astra, PT Astra Agro Lestari (AALI) diprediksi mengalami kenaikan kinerja penjualan dan laba bersih tahun ini. Hal itu didukung oleh membaiknya kinerja operasional perkebunan perseroan dibandingkan realisasi tahun lalu.
Dalam risetnya, Mirae Asset Sekuritas sempat menurunkan perkiraan pendapatan AALI pada 2021 dari Rp25,5 miliar menjadi Rp23,8 miliar (-6,7 persen). Begitu pula dengan estimasi laba bersih yang menurun menjadi Rp1,9 miliar (-17 persen).
Penyebabnya, produksi TBS (Tandan Buah Segar) dan CPO AALI pada 2021 lebih rendah dari perkiraan. Perseroan membukukan penurunan produksi sebesar 299 ribu ton pada Desember 2021, angka ini turun 11,3 persen secara bulanan maupun -25,7 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan secara kumulatif, produksi TBS tercatat sekitar 4,3 juta ton sepanjang 2021, turun 6,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya (YoY).
“Pencapaian itu berada di bawah perkiraan produksi TBS kami, yakni 4,6 juta ton,” kata Analis Mirae Asset, Juan Harahap, dikutip Senin (21/2).
Penurunan produksi TBS juga diikuti produksi produk turunannya, yakni minyak sawit mentah atau CPO. Produksi CPO AALI tercatat menurun 104 ribu ton (-8 persen MoM, -18,8 persen YoY). Meski demikian, produksi CPO AALI sepanjang 2021 tetap bertumbuh 3,1 persen ketimbang tahun lalu dengan total 1,5 juta ton.
Produksi CPO lebih tinggi di 2022
Meski menurun tahun lalu, tahun ini kondisi operasional perseroan diperkirakan membaik. Juan memproyeksikan kenaikan produksi CPO AALI akan berlanjut pada 2022, dengan total pertumbuhan tahunan 2,9 persen. Asumsi itu didukung oleh peningkatan produksi TBS sebesar 3,4 persen sepanjang tahun in.
Kenaikan tersebut pada akhirnya diperkirakan berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari segi pendapatan, Mirae Asset meningkatkan estimasi kenaikannya menjadi 5,1 persen dari Rp25,1 miliar menjadi Rp26,4 miliar. Begitu pun dengan perkiraan laba bersih yang meningkat 19,8 persen dari Rp1,9 miliar menjadi Rp2,3 miliar.
Harga jual CPO global 2022 pun diramal akan mengalami kenaikan dari 4.100 ringgit Malaysia menjadi 4.700 ringgit Malaysia. “Oleh karena itu, kami memproyeksikan laba bersih AALI pada 2022 akan mencapai Rp2,3 triliun (+24 persen YoY),” tulisnya.
Program penanaman kembali sesuai ekspektasi
Asumsi Mirae Asset Sekuritas juga didukung oleh program penanaman kembali AALI yang berjalan sesuai perkiraan. Pada 2021, AALI sukses menanami kembali 5.020 hektare lahan (-10 persen YoY), melampaui estimasi luas lahan dari analis, yakni 5 ribu hektare.
Pada 2022 ini, Juan mengharapkan program itu akan menjangkau 5 ribu hektare lahan, mengingat 42 persen dari profil tanaman produksi telah berumur lebih dari 21 tahun.
“Kami mencatat, usia rata-rata AALI untuk tanaman menghasilkan sudah mencapai 15,3 tahun pada 2021,” imbuhnya.
Valuasi saham AALI
Berdasarkan analisis tersebut, Juan mempertahankan rekomendasi Beli diikuti kenaikan target harga saham dari Rp12.100 menjadi Rp14.500 dengan PER (price earning ratio) sebesar 12,0x.
Rekomendasi itu juga disokong oleh sejumlah faktor, yakni: hasil TBS dan area tanam tertinggi AALI yang paling tinggi dalam cakupan Mirae, serta harga CPO yang menguntungkan pada 2022.
Pada akhir perdagangan Senin (21/2), saham AALI tercatat melemah 1,32 persen ke level Rp11.250. Padahal sepekan terakhir saham emiten itu telah menguat 8,96 persen.
Harga saham perseroan selama sebulan belakangan naik 13,92 persen. Sementara dalam perdagangan enam bulan terakhir, AALI terpantau melonjak 34,73 persen. Sepanjang perdagangan 2022 pun harganya sudah meningkat 17,49 persen.