MARKET

Daya Tarik ESSA Usai TP Rachmat dan Boy Thohir Mundur dari Komisaris

ESSA baru mengganti beberapa dewan komisaris dan direksi.

Daya Tarik ESSA Usai TP Rachmat dan Boy Thohir Mundur dari KomisarisTP Rachmat, Pendiri Triputra Group. (Dok. Situs ESSA)
22 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Konglomerat TP Rachmat dan Boy Thohir resmi mengundurkan diri dari jajaran dewan komisaris PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) pada pekan lalu. Putra TP Rachmat, Arief Permadi Rachmat pun mengisi posisi Komisaris ESSA yang baru. Lantas seperti apa prospek kinerja ESSA ke depan?

Perpindahan tongkat estafet itu dinilai bisa menjadi babak awal di tengah rencana ESSA menjajaki bisnis baru, di bidang amonia biru—sumber energi terbarukan (EBT) atau ramah lingkungan. Dengan Dewan Komisaris baru, perusahaan membidik potensi perluasan bisnis baru.

Mengacu kinerja keuangan 2021, ESSA berhasil membalikkan kerugian US$19,13 juta menjadi laba bersih senilai US$13,97 juta berkat kenaikan ASP amonia (+98,7 persen, yoy) dan ASP LPG (+59,5 persen, yoy).

Dengan kinerja cukup baik ini, seberapa yakin ESSA bisa kembali mencetak performa pada tahun ini?

Potensi bisnis amonia biru ESSA

Fasilitas produksi PT Surya Esa Perkasa Tbk atau ESSA. (Website ESSA)

Emiten yang 23,10 persen sahamnya dikuasai oleh PT Trinugraha Akraya Sejahtera ini berniat mengonversi pabriknya menggunakan amonia biru, dengan tujuan menekan emisi karbon.

Untuk memuluskan rencana ini, ESSA sudah menyetujui MoU dengan Japan, Oil, Gas and Metal National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation, dan ITB. Perseroan menargetkan akan merampungkan modifikasi pabrik pada 2024.

Sebagai catatan, amonia biru merupakan hidrogen biru yang berasal dari bahan baku gas alam, dengan produk sampingan karbon dioksida dari hidrogen yang ditangkap dan disimpan.

Sumber energi itu diyakini dapat menjadi alternatif lebih bersih untuk sektor transportasi karena mudah diangkut dan disimpan, serta memiliki nol emisi selama pembakaran. Selain itu, amonia biru juga bisa dinyalakan sekaligus di pembangkit listrik tenaga batu bara dan mesin diesel, mengutip riset BRI Danareksa Sekuritas.

Sudah ada pasar yang siap membeli amonia biru, yakni Jepang. Ditambah lagi, Organisasi Maritim Internasional dan IMF telah menunjukkan minat mengurangi emisi gas dan karbon secara keseluruhan.

Belum lama ini, Negeri Sakura berkomitmen membeli 2 juta ton amonia biru. “Dan berpotensi meningkatkan (pembelian) menjadi 5 juta ton pada 2030 karena bertujuan menjadi negara bebas karbon pada 2050,” tulis Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ignatius Teguh Prayoga dalam risetnya, dikutip Selasa (22/2).

Sedikit informasi, saat ini 80 persen produk ESSA adalah amonia dan grey amonia masih mendominasi bahan baku di bisnis hilir. Unsur itu bisa diolah menjadi macam-macam produk, antara lain: pupuk, pestisida, serta plastik.

Ekspektasi kenaikan permintaan LPG dan amonia

PT Surya Esa Perkasa Tbk atau ESSA. (Website ESSA)

Related Topics