Tirta Mahakam Resources Ubah Haluan Bisnis dari Kayu Lapis ke Angkutan Laut

- PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) beralih dari industri kayu lapis ke angkutan laut dalam negeri.
- Perubahan ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 25 September 2025.
- TIRT akan membeli 20 unit kapal tugboat dan barge senilai Rp162 miliar untuk memasuki bisnis angkutan laut tanpa jeda panjang.
Jakarta, FORTUNE – PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT), emiten yang sebelumnya dikenal di industri kayu lapis, mengubah fokus usaha ke sektor angkutan laut dalam negeri. Perubahan ini menjadi titik balik perjalanan TIRT yang telah berdiri sejak 1981 menuju perusahaan angkutan laut dalam negeri.
Direktur PT Tirta Mahakam Resources Tbk, Pohan Wijaya Po mengatakan, langkah ini akan memberikan fondasi yang kuat untuk menjaga kelangsungan usaha sekaligus menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Rencana perubahan kegiatan usaha ini telah mendapatkan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 25 September 2025. Untuk memastikan kelayakan dan kewajaran transaksi, TIRT telah menunjuk KJPP Iskandar dan Rekan yang dalam kajiannya menyatakan rencana ini layak secara pasar, teknis, manajemen, maupun finansial.
Persetujuan ini menandai langkah strategis bagi Perseroan dalam memulai kembali aktivitas operasionalnya, setelah sebelumnya sempat menghentikan kegiatan usaha di sektor lamanya.
“Dengan telah diperolehnya persetujuan RUPSLB, Perseroan akan segera mengoperasikan armada kapal untuk menyediakan jasa angkutan laut atas barang komoditas sumber daya alam, terutama batubara dan bauksit,” kata Pohan Wijaya dalam keterangannya dikutip Jumat (26/9).
Sebagai bagian dari transformasi, TIRT akan melakukan pembelian 20 unit kapal tugboat dan barge senilai Rp162 miliar (belum termasuk PPN). Armada yang dalam kondisi siap beroperasi ini akan langsung menjadi aset utama perseroan untuk memasuki bisnis angkutan laut tanpa jeda panjang.
Pendanaan akan diperoleh dari fasilitas pinjaman hingga Rp200 miliar dari pemegang saham pengendali, PT Harita Jayaraya (HJR), dengan alokasi Rp180 miliar untuk akuisisi kapal dan Rp20 miliar untuk modal kerja.
“Transformasi ini menjadi momentum baru bagi TIRT. Prospek industri pelayaran nasional masih menjanjikan seiring meningkatnya kebutuhan angkutan laut baik komoditas sumber daya alam maupun lainnya termasuk batubara dan bauksit. Didukung pengalaman Grup lebih dari 15 tahun di bidang pelayaran, kami yakin TIRT mampu bersaing dan tumbuh secara berkelanjutan,” ujarnya.
Selain itu, dalam RUPSLB ini para pemegang saham juga telah menyetujui usulan perubahan susunan Direksi dengan mengangkat Tham Arvin Setyanto sebagai Presiden Direktur baru, yang akan menjabat sampai dengan RUPS Tahunan TIRT tahun 2027.
Perubahan ini adalah tonggak sejarah bagi TIRT. Perseroan akan kembali beroperasi dengan model bisnis yang berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang. “Kami berkomitmen menjalankan operasional agar kelangsungan usaha Perseroan dapat terjaga sekaligus memberikan manfaat nyata bagi seluruh pemegang saham,” tutup Pohan.