Jakarta, FORTUNE - PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI) meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Adapun, lokasi pertambangan proyek ini berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi, sedangkan lokasi pabrik pengolahan berada di Desa Sambalagi Kecamatan Bungku Pesisir. Untuk fasilitas ini, Vale dan mitra mengalokasikan total investasi hingga Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi 73 ribu ton per tahun.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan kehadiran proyek Morowali ini adalah representasi komitmen perusahaan menjadi produsen nikel yang andal dan berkelanjutan bagi Indonesia dengan jejak karbon terendah.
"Kami akan membawa praktik-praktik pertambangan terbaik yang dilakukan di Blok Sorowako ke Morowali. Selain menyukseskan program hilirisasi pemerintah, kami juga ingin berkontribusi untuk masyarakat dan bumi kita,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (13/2).
Presiden Komisaris PT Vale dan Wakil Presiden Eksekutif bisnis Base Metal Vale, Deshnee Naidoo, menambahkan peletakan batu pertama ini memperkuat komitmen perusahaan dengan terus mendorong akselerasi melalui jalur pertumbuhan bernilai miliaran dolar.
“Bersama dengan mitra kami yang terhormat, kami bersemangat untuk mewujudkan proyek pertumbuhan yang kritikal yang akan menghasilkan produksi nikel rendah karbon dengan aman dan berkelanjutan serta mendukung rantai pasokan domestik untuk bahan transisi energi dan kendaraan listrik," katanya.
Dalam proyek Morowali akan dikembangkan oleh PT Vale dan mitranya. PT Vale berperan penuh dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pertambangan, sementara BNSI yang merupakan sebuah perusahaan patungan antara PT Vale dan mitranya, yang akan bertanggung jawab atas pembangunan dan pengoperasian pabrik pengolahan.
Berdasarkan Peraturan Menko Perekonomian, Proyek Morowali ini dinyatakan sebagai
salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah pada 2022. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, proyek Morowali sebagai bentuk dari harapan pemerintah mewujudkan hilirisasi sumber daya alam untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Ini pabrik green smelter pertama yang saya lihat. Berbasis gas LNG, tentu minta dukungan dari Komisi Energi (DPR RI) bahwa ini adalah green energy, green product, dan green mining,” katanya.