Menilik Wacana Perubahan Status Pandemi Menuju Endemi, Apa Bedanya?

Vaksinasi tetap menjadi langkah kunci menuju endemi.

Menilik Wacana Perubahan Status Pandemi Menuju Endemi, Apa Bedanya?
Ilustrasi terbebas dari Covid-19. (ShutterStock/Eldar Nurkovic)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mempersiapkan skenario transisi dari pandemi Covid-19 menjadi endemi.

Budi Gunadi pun memperkirakan, pada masa endemi, penularan Covid-19 akan tetap ada walaupun tingkat keparahannya lebih rendah dibandingkan saat pandemi.

“Endemi sama pandemi hanya beda nama. Tapi, penyakitnya tetap ada, virusnya tetap ada,” ujar Budi Gunadi seusai menghadiri agenda G20 di Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Kamis (17/3).

Menurutnya, semua fase pandemi akan berakhir jadi endemi. Hanya saja, sebelum menetapkan status tersebut,  dibutuhkan berbagai persiapan dan kajian yang matang.

Endemi hanya akan tercapai bila masyarakat sudah memahami risiko penyakit dan siap  melakukan berbagai protokol kesehatan tanpa harus dipaksa oleh pemerintah.

Memperhatikan apa yang disampaikan Menkes, banyak aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum menetapkan perubahan status pandemi menjadi endemi. Fortune Indonesia coba mengulas perbedaan masa pandemi dan endemi Covid-19, melansir laman Healthline.

Perbedaan pandemi, endemi, dan epidemi

Virus Covid-19. (Pixabay)

Sebelum menelaah lebih jauh tentang endemi, kita perlu dipahami mengenai apa saja perbedaan pandemi, endemi dan epidemi. Ketiga hal ini memiliki perbedaan tingkatan saat terjadinya suatu wabah kesehatan di suatu wilayah. Status ini dibedakan berdasarkan tingkat penyebaran penyakit, bukan tingkat keseriusan.

Berkaca pada Covid-19, fase epidemi terjadi saat pertama kali virus SARS Cov-2 muncul di Wuhan, Cina. Pada saat itu, virus menyebabkan wabah yang melonjak dengan sangat tiba-tiba di suatu wilayah kecil, sehingga dianggap sebagai epidemi. 

Pandemi terjadi pada saat virus mulai menyebar, infeksi pun dengan cepat meningkat di seluruh wilayah dunia. Pada Maret 2020, wabah Covid-19 yang berawal di Cina pun dinyatakan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO).

Ketika penyebaran penyakit dan jumlah infeksi Covid-19 lebih stabil, digambarkan oleh para ahli sebagai endemi. Bahkan, Covid-19 mungkin saja ke depan akan dianggap sebagai menjadi penyakit endemi.

Mengenal lebih lanjut apa itu endemi?

Ilustrasi Omicron. (Pixabay/BelnderTimer)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mendefinisikan bahwa endemi adalah suatu keberadaan konstan dan/atau prevalensi penyakit atau agen infeksi yang biasa dalam suatu populasi dalam wilayah geografis.

Dengan kata lain, penyakit endemi sebenarnya akan selalu ada, tetapi menyebar dengan kecepatan yang dapat diprediksi dan dapat dikelola oleh masyarakat. Biasanya, peralihan pandemi menuju endemi ditandai oleh jumlah kasus penyakit harian yang tidak fluktuatif dan mulai stabil.

Salah satu contoh kasus epidemi yang kemudian berubah menjadi pandemi dan akhirnya dianggap sebagai penyakit endemi adalah influenza–dikenal juga sebagai flu.

Meskipun vaksinasi dan perawatan efektif, flu tetap ada di komunitas global. Faktanya, CDC mengatakan 12.000 hingga 52.000 orang meninggal setiap tahun karena flu di Amerika Serikat.

Penting untuk diingat, bahwa penyakit endemi tidak kalah berbahayanya dengan pandemi. Walau flu sudah terkendali dan dinyatakan sebagai virus endemi, nyatanya dalam situasi tertentu masih bisa berbahaya, bahkan menyebabkan kematian.

Dapatkah Covid-19 menjadi endemi di seluruh dunia?

Warga mengunjungi Tembok China pada liburan Hari Nasional menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Beijing, China, Jumat (1/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter/foc/cfo

Menurut Healthline, Covid-19 bisa saja menjadi penyakit endemi. Namun, seberapa cepat itu akan beralih dari pandemi ke endemi belum dapat dipastikan. Status endemi membutuhkan sejumlah besar kekebalan pada populasi di seluruh dunia.

Salah satu yang membantu percepatan peralihan ini adalah upaya vaksinasi yang terus digencarkan di hampir seluruh negara di dunia. Kasus Covid-19 dapat dikatakan lebih stabil saat penularan melambat, meski jumlah kasus masih tinggi.

Faktor lain adalah ketahanan masyarakat dunia terhadap munculnya varian baru dari virus yang melanda. Jika infeksi satu virus seperti Covid-19 meroket lagi di kemudian hari, maka bukan tidak mungkin statusnya berubah kembali dari endemi menjadi pandemi.

Dengan kenyataan ini, maka hal yang paling mungkin dari pandemi Covid-19 adalah transisi virus ke status endemi, bukan menghilang sepenuhnya. Masa endemi Covid-19 dapat diterjemahkan menjadi pengetatan protokol kesehatan seperti pemakaian masker yang berkelanjutan di tempat-tempat umum.

Vaksinasi juga punya peranan penting untuk mengubah Covid-19 menjadi penyakit yang lebih dapat diprediksi layaknya flu musiman.

Vaksinasi tetap jadi langkah kunci

Ilustrasi vaksin berbasis mRNA. (Pixabay/JFCFilms)

Upaya vaksinasi tetap menjadi langkah kunci dalam mengakhiri pandemi dan transisi ke endemi. Tingkat kekebalan yang dihasilkan vaksin, akan membantu memperlambat penularan virus dan mengurangi kasus Covid-19, bahkan dapat membantu menstabilkan rawat inap dan kematian.

Namun, transisi dari pandemi ke endemi terjadi secara bertahap dan masih membutuhkan kewaspadaan oleh orang-orang biasa, serta profesional medis.

Kesimpulannya, Healthline menulis bahwa SARS CoV-2 mungkin tidak akan pernah hilang, tetapi vaksin dan perawatan yang efektif dapat membuat virus lebih mudah diprediksi dan tidak terlalu merusak. Hal inilah yang akan memberi orang lebih banyak kebebasan dalam beraktivitas sehari-hari. 

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
TDS 3 in Jakarta: NCT Dream, Sebuah Ikon Pertumbuhan
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Ulang Tahun ke-22, Starbucks Indonesia Donasi Rp5 Miliar ke Gaza
Perkuat Ekosistem Kuliner Jepang, J Trust Gandeng Kushikatsu Daruma
Saat Bos Starbucks Bicara Persaingan dengan Brand Kopi Lokal