Sri Mulyani Bahas Exit Strategy, Cara Atasi Dampak Panjang Pandemi

Strategi ini penting di tengah situasi dunia yang tak pasti.

Sri Mulyani Bahas Exit Strategy, Cara Atasi Dampak Panjang Pandemi
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam konferensi pers daring Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting di Nusa Dua, Bali, Kamis (9/12). (FORTUNEIDN)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pandemi Covid-19 tak kunjung usai dapat memberikan dampak berkepanjangan atau scarring effect di tengah masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan penerapan exit strategy menjadi cara yang tepat untuk untuk keluar dari krisis dan mengatasi scarring effect tersebut.

“Hal ini berhubungan dengan semua negara di dalam situasi pandemi yang melakukan berbagai kebijakan luar biasa, apakah dari sisi fiskal, moneter, dan dari sektor keuangan,” ujar Menteri Sri Mulyani dalam konferensi pers daring Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting di Nusa Dua, Bali, Kamis (9/12).

Sri Mulyani menyampaikan bahwa exit strategy yang tepat dan upaya mengatasi scarring effect menjadi prasyarat pemulihan yang berkelanjutan. Upaya ini pun sangat penting di tengah dunia yang masih diliputi ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi, serta pemulihan yang tidak merata antara negara maju dan berkembang.

Persoalan exit strategy ini, menuurtnya juga akan jadi bagian dari Presidensi G20 Indonesia yang mengusung tema ‘Recover Together, Recover Stronger’. “Indonesia bertekad untuk mengatasi tantangan global yang masih akan muncul dan mencari solusi terbaik, memastikan bahwa semua negara dapat pulih bersama serta mendorong reformasi kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif saat pandemi berakhir,” katanya. 

Kesempatan presidensi jadi ajang Indonesia pimpin forum global

Sri Mulyani menambahkan, agenda utama Presidensi G20 Indonesia fokus pada 3 bidang, yakni kesehatan yang inklusif, transformasi digital, dan transisi energi. Selain mewujudkan vaksinasi yang merata, Presidensi G20 Indonesia diharapkan sukses dalam mempercepat digitalisasi dan mengarahkan koordinasi kebijakan global terkait pembiayaan perubahan iklim.

“Keketuaan Indonesia ini akan menjadi ajang bagi Indonesia menunjukkan perannya dalam memimpin forum global untuk mengatasi berbagai tantangan dan isu di tingkat dunia,” kata Menkeu dalam konferensi pers.

Pandemi ini, menurut Sri Mulyani, masih berlanjut dan berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Masa depan dunia yang lebih baik membutuhkan kolaborasi bersama negara-negara dunia untuk menciptakan fondasi ekonomi dan sistem keuangan yang adil demi tercapainya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dunia.

Agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia

Sri Mulyani juga menyebutkan bahwa Indonesia, dalam presidensinya di G20, melalui Kemenkeu dan Bank Indonesia, akan mendorong pembahasan 6 agenda prioritas di jalur keuangan. Pertama, koordinasi exit strategy untuk mendukung pemulihan global; kedua, upaya penanganan dampak pandemi dalam perekonomian guna mendukung pertumbuhan yang lebih kuat di masa depan.

Selanjutnya, penguatan sistem pembayaran di era digital; keempat, pengembangan pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance); kelima, peningkatan sistem keuangan yang inklusif; dan keenam, terkait agenda perpajakan internasional.

Sejumlah isu warisan yang akan terus berlanjut

Selain mengawal enam agenda prioritas sebagai presidensi G20, Indonesia juga akan melanjutkan beberapa isu warisan. Beberapa di antaranya, seperti mengintegrasikan risiko pandemi dan iklim dalam pemantauan risiko global; penguatan Global Financial Safety Net (GFSN); meningkatkan Arus Modal; melanjutkan Inisiatif Kesenjangan Data (Data Gap Initiatives); serta, meningkatkan Reformasi Regulasi Sektor Keuangan.

Kemudian, memperkuat pengelolaan dan transparansi utang; mempercepat agenda infrastruktur menuju pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif; optimalisasi dukungan pembiayaan dari Bank pembangunan multilateral; memperkuat kapasitas sistem kesehatan dalam pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi; dan melanjutkan dukungan untuk menarik investasi sektor swasta negara-negara berpenghasilan rendah, seperti di kawasan Afrika.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi