NEWS

Demi Keberlanjutan, Ekonomi Sirkular Jadi Syarat Bangun IKN Nusantara

Ini momentum besar wujudkan kota sirkular berkelas dunia.

Demi Keberlanjutan, Ekonomi Sirkular Jadi Syarat Bangun IKN NusantaraDesain Kawasan Istana Negara di Kalimantan Timur. (Instagram @nyoman_nuarta)
28 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pembangunan Ibu Kota Baru (IKN) Nusantara akan dirancang menjadi kota percontohan yang mengandalkan konsep keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu upayanya, melalui penerapan ekonomi sirkular.

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Medrilzam mengatakan untuk mewujudkan sebuah kota sirkular, harus dimulai dari tahap desain, mulai dari konstruksi hingga implementasi.

“Setidaknya ada tiga aspek besar yang jadi parameter ekonomi sirkular, pertama aspek bangunan, kemudian mobilitas, dan terakhir yang tidak kalah penting, tentunya aspek pendukung infrastruktur untuk pemukiman yang ada di sana,” ujar Medrilzam dalam diskusi FMB9ID bertema ‘Menyongsong Ibu Kota Negara Sirkular’, Kamis (28/7).  

Menurutnya, ekonomi sirkular adalah salah satu indikator pembangunan IKN Nusantara yang ingin dicapai dan melengkapi indikator lainnya, seperti luasan tutupan lahan hutan, serta Net Zero Emission (NZE). “Tujuan besarnya, memang ingin agar ekosistem Kalimantan ini tetap terjaga. Jadi, jangan karena ada IKN malah rusak semuanya, malahan sebaliknya dengan adanya IKN, kita bisa perbaiki kondisi ekosistem yang (mungkin) sebagian sudah terdegradasi,” katanya.

Konsep ekonomi sirkular

Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas.
Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas. (Kementerian PPN/Bappenas)

Sebelum memahami konsep kota sirkular, para pihak yang terlibat dalam pembangunan perlu memahami esensi dari istilah tersebut. “Hal ini terkait dengan bagaimana sebuah sistem ekonomi itu mempertahankan produk yang dihasilkan selama mungkin dalam siklus produksi, konsumsi, sehingga sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan produk-produk tersebut, bisa kita kurangi penggunaannya,” katanya.

Bila produk atau bahan baku dalam siklus produksi hingga konsumsi bisa dipertahankan penggunaannya, limbah yang dihasilkan dan berdampak terhadap lingkungan juga dapat dikurangi.

Menurutnya, isu ini bukan hanya sekadar isu yang terkait sampah, namun lebih besar lagi dan bisa terkait dengan efisiensi sumber daya hingga upaya mempertahankan produk-produk dalam rantai ekonomi ini selama mungkin untuk dimanfaatkan. Semula, dunia mengenal konsep 3R–Reuse, Reduce, dan Recycle–namun, kini sudah berkembang menjadi 9R, dengan tambahan 7 poin lain, yakni Refuse, Rethink, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, dan Recover.

Pentingnya kota sirkular

Ilustrasi Circular Economy.
Ilustrasi Circular Economy. (ShutterStock/Lemonsoup14)

Related Topics