NEWS

Indonesia Jajaki Peluang Investasi Hilirisasi Baterai Bersama Inggris

Memanfaatkan kelebihan masing-masing negara.

Indonesia Jajaki Peluang Investasi Hilirisasi Baterai Bersama InggrisIlustrasi ekosistem EBT. (Pixabay/Akitada31)
25 May 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Investasi menjajaki peluang investasi hilirisasi dengan Inggris, khususnya terkait pengembangan baterai listrik dan energi baru terbarukan (EBT).

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan Indonesia memiliki potensi bahan baku yang sangat besar untuk pengembangan baterai kendaraan listrik dan EBT. “Kami ingin mengundang investor dari luar untuk membangun industri di sini, produknya diekspor, dan lingkungan tetap dijaga,” katanya seperti dikutip Antaranews, Rabu (24/5).

Adapun, proses hilirisasi yang digaungkan oleh Indonesia akan mengedepankan prinsip ramah lingkungan, demi pencapaian net zero emission (NZE). “Bagaimana kalau menggunakan teknologi dari Inggris? Kita kombinasikan dengan bahan baku dari Indonesia,” ujarnya.

Investasi terkait teknologi bersama Inggris ini sebenarnya sudah pernah disepakati pada 2022. Kerja sama tersebut akan berfokus pada pemanfaatan kelebihan masing-masing negara, seperti Inggris memiliki teknologi, modal, dan pasar yang cukup, sementara Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Penguatan hubungan

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat bincang saat Fortune Indonesia Summit 2023 di Jakarta, Rabu (15/3).

Menurut Bahlil, kerja sama investasi yang dijajaki akan memperkuat hubungan ekonomi Indonesia dan Inggris, sekaligus memperkokoh posisi kedua negara secara global. Isu pencapaian NZE dan penggunaan teknologi EBT, bisa mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Menurut catatan Kementerian Investasi/BKPM pada 2022, Inggris menempati posisi ke-10 sebagai negara yang berkontribusi pada Penanaman Modal Asing (PMA), dengan nilai hingga US$628,3 juta.

Adapun sektor utama investasi Inggris adalah tanaman, perkebunan, dan peternakan, yang mendapat porsi 23,3 persen dari total investasi dan berikutnya, industri kertas dan percetakan, sektor jasa lainnya, pertambangan, dan makanan.

Kesiapan Inggris

tambang batu bara di Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Rabu (7/7/2021). Inggris akan meninggalkan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj

Related Topics