Komitmen RI, Malaysia dan Thailand Tingkatkan Kerja Sama Subregional
IMG-GT catat peningkatan sosial ekonomi di subregional.

19 September 2022
Jakarta, FORTUNE - Indonesia, Malaysia dan Thailand bekerjasama meningkatkan perekonomian subregional dan tumbuh kembangnya kawasan ASEAN melalui langkah strategis. Ketiganya juga sepakat menghadapi dinamika geopolitik dunia bersama, serta menghidupkan kembali pembangunan sosial dan ekonomi.
Pernyataan bersama tersebut tertuang dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) di Phuket, Thailand.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan, kerja sama berpusat pada koridor integrasi regional, pertumbuhan dari sektor swasta, pengaturan kelembagaan yang responsif, pertumbuhan inklusif, dan adopsi ekonomi hijau, biru, maupun sirkular.
Sejumlah negara mendukung Implementation Blueprint (IB) IMT-GT 2022-2026, sebagai pedoman kerja sama ntuk lima tahun ke depan. “IB IMT-GT 2022-2026 merupakan kompas untuk mencapai Visi 2036 dari subregional,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Kemenperin, Senin (19/9).
Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, beberapa indikator sosial ekonomi menunjukkan adanya perbaikan. Perdagangan subregional mencatat peningkatan yang signifikan dari US$350,9 miliar pada 2020 menjadi US$618,1 miliar di tahun 2021. Sementara, total investasi subregional juga meningkat dari US$26,1 miliar pada 2020 jadi US$58,5 miliar pada 2021.
Visi IMT-GT 2036

Melansir imtgt.org, visi IMT-GT yang ingin dicapai adalah menjadi sub-kawasan yang terintegrasi, inovatif, inklusif, dan berkelanjutan pada tahun 2036. Ini adalah strategi bersama untuk mendorong pertumbuhan melalui integrasi dan inovasi ekonomi regional yang lebih besar, serta melestarikan dan berinvestasi dalam modal alam IMT-GT untuk kesejahteraan masyarakat.
Ada tiga sasaran prioritas untuk wujudkan visi dari IMT-GT, yakni sektor pertanian yang berkelanjutan, inklusif dan inovatif; basis industri yang kompetitif, inovatif dan maju; serta Keunggulan IMT-GT yang berkelanjutan, inklusif, dan kompetitif, potensi pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan dengan efek pengganda yang signifikan di seluruh perekonomian subregional.
Kerja sama pariwisata, pangan, ekonomi halal, dan transportasi

Dalam pertemuan Tingkat Menteri ke-8 IMT-GT, sejumlah langkah strategis keberlanjutan kerja sama subregional IMT-GT pun dibahas dalam sejumlah kelompok kerja (pokja). Pada sektor pariwisata, pokja mengoptimalkan pemulihan pariwisata melalui proyek-proyek berdampak besar dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan serta keselamatan.
Untuk jaga ketahanan pangan masyarakat, IMT-GT mendorong pokja Pertanian dan Industri Berbasis Agro untuk berkolaborasi lintas sektoral dalam mengurangi kerugian pasca panen, mengurangi limbah makanan, serta memastikan ketersediaan dan aksesibilitas input pertanian. “Selain itu, kelapa sawit merupakan salah satu produk strategis di subregional ini, sehingga perlu menggali potensi kerjasama dalam mengembangkan dan mempromosikan komoditas unggulan ini,” katanya.
IMT-GT juga akan mengembangkan ekonomi halal, sehingga Pokja Produk dan Layanan Halal didorong untuk memfasilitasi sertifikasi halal untuk memajukan industri halal. Forum juga sepakat untuk mengembangkan konektivitas transportasi multimoda dan mengintegrasikan enam koridor ekonomi di subregional.
Kerja sama karet, transformasi digital, dan SDM

Menperin mengatakan bahwa kerja sama berikutnya adalah memajukan industri karet subregional. “Selanjutnya, potensi kerja sama antara Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di wilayah IMT-GT perlu dioptimalkan untuk meningkatkan ekonomi subregional dan menarik lebih banyak investasi,” ujarnya.
Transformasi digital pun diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat di subregional. IMT-GT mendorong Pokja Transformasi Digital dapat mengembangkan infrastruktur digital dan inovasi digital, termasuk melaksanakan program pelatihan bagi UKM untuk lebih meningkatkan taraf hidup.
Terakhir, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendorong pengembangan kapasitas dan kompetensi angkatan kerja di subregional, terutama dalam era industri 4.0. “Menyelaraskan standar kompetensi keterampilan dan sertifikasi untuk meningkatkan daya saing dan mobilitas tenaga kerja di subregional,” katanya.