NEWS

Mengenal Fenomena IOD dan Pengaruhnya Terhadap Ancaman Kekeringan

Ancaman kekeringan saat IOD dan El Nino terjadi bersamaan.

Mengenal Fenomena IOD dan Pengaruhnya Terhadap Ancaman KekeringanIlustrasi musim panas. (Pixabay/stux)
12 June 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kepala Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorota Karnawati, mengatakan Indian Ocean Dipole (IOD) yang makin menuju positif akan semakin memperkuat fenomena El Nino, sehingga musim kemarau berpotensi menjadi lebih panjang di Indonesia.

“BMKG juga mendeteksi adanya IOD indeks semakin menguat ke arah positif, yang artinya seperti fenomena yang terjadi di tahun 2019, di mana IOD indeks tersebut mengakibatkan kondisi kering, lebih kering di wilayah Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (6/6).

Menurutnya, fenomena El Nino dikontrol oleh suhu muka air laut di Samudera Pasifik, sedangkan IOD positif dikontrol suhu muka air di wilayah Samudera Hindia. Kini, keduanya mengarah pada kondisi yang saling menguatkan menuju wilayah yang lebih kering.

Definisi IOD

Mengutip laman resmi BMKG, IOD atau yang bisa juga disebut Dipol Samudera Hindia, merupakan perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah, yaitu di Laut Arab (Samudera Hindia bagian barat) dan Samudera Hindia bagian timur di selatan Indonesia. Sedangkan El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka lait di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. 

IOD dapat secara signifikan memengaruhi pola cuaca dan iklim di wilayah sekitarnya, termasuk sebagian wilayah Afrika, Asia Tenggara, dan Australia. Oleh karena itu, indeks iklim IOD diawasi secara ketat oleh para peramal cuaca, karena dampak fenomena ini terhadap rentang waktu sub-musiman dan musiman.

IOD merupakan suatu fenomena naik turunnya suhu permukaan laut dalam periode tidak teratur. Sayangnya, studi tentang fenomena IOD baru ada sekitar 20 tahun terakhir, dan terhitung belum banyak referensi yang membahas tentang IOD ini.

Terjadinya IOD

World Climate Service menyebutkan, terjadinya IOD didefinisikan oleh Dipole Mode Index (DMI), yang merupakan ukuran gradien anomali suhu permukaan laut (SST) antara Samudra Hindia ekuator bagian barat (50E-70E dan 10S-10N) dan Samudra Hindia ekuator bagian tenggara (90E-110E dan 10S-0N).

Perubahan suhu samudra di Samudra Hindia bagian barat dan Samudra Hindia bagian timur mendorong konveksi dan mengubah sirkulasi Cell Walker. IOD umumnya bergerak sejalan dengan fase Osilasi Selatan El Nino (ENSO), namun ada kalanya dipol dapat muncul dengan sendirinya selama ENSO netral, seperti peristiwa positif kuat pada 2019.

Perbedaan lainnya adalah ENSO biasanya mencapai puncaknya pada musim dingin di Belahan Bumi Utara, sedangkan IOD dapat mencapai puncaknya kapan saja sepanjang tahun.

Oleh sebab itu, dampak IOD tidak hanya dirasakan di daerah tropis, tetapi juga dapat memengaruhi pola cuaca di sebagian besar daerah lintang tengah. Seperti El Nino dan La Nina, IOD berdampak pada daerah yang lebih disukai untuk naik dan turunnya udara di samudra tropis India.

Related Topics