NEWS

Buangan SO2 Eskom Lampaui AS, Tiongkok, dan Uni Eropa

Polusi udara dari SO2 sangat mengancam nyawa.

Buangan SO2 Eskom Lampaui AS, Tiongkok, dan Uni EropaKantor Pusat Eskom di Johannesburg, Afrika Selatan. Shutterstock/Rich T Photo

by Bonardo Wahono

07 October 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan penyalur setrum terbesar di benua Afrika, Eskom, menjadi penyumbang terpokok emisi berbahaya sulfur dioksida atau SO2 di dunia. Demikian hasil kajian lembaga nirlaba Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) yang dirilis pada Selasa (5/10). 

Menurut riset tersebut, firma pelat merah Afrika Selatan yang merupakan pembangkit listrik terakbar di benua Afrika itu membuang lebih banyak SO2 dibandingkan pemasok daya mana pun di seluruh Bumi pada 2019. 

Bahkan, menurut studi dimaksud, Eskom menghasilkan sulfur dioksida—emisi penting pada instalasi pembangkit listrik tenaga batu bara—lebih banyak dari sektor kelistrikan di Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa (UE). Bahkan, buangan SO2 Eskom pun lebih besar dari emisi sama dari Tiongkok dan AS digabung. 

Membahayakan Nyawa

Analisis data oleh CREA menunjukkan Eskom merupakan pelaku pembuangan sulfur dioksida terbesar sejagat, melampaui seluruh emisi dari sektor kelistrikan negara mana pun di dunia, kecuali India. 

Emisi itu bertanggung jawab atas kenaikan tingkat pencemaran udara lingkungan sekitar. Sudah begitu, pencemaran yang sama menjadi penyumbang utama kematian sekitar 2.200 jiwa per tahun, demikian laporan CREA mengutip kajian pakar polusi udara Mike Holland. Catatan itu jadi terasa wajar karena emisi SO2 yang bergentayangan di udara membentuk partikel PM2.5 yang mematikan.

CREA menyatakan Eskom seperti bergeming dari kontes pengurangan emisi yang terjadi di banyak kawasan. Bahkan, perusahaan yang pernah masuk daftar pembangkit listrik terbesar dunia dalam hal kapasitas produksi dan penjualan itu malah melobi otoritas guna memperingan persyaratan emisi baginya. 

Muasal Emisi

Emisi sulfur dioksida yang sedang dibicarakan ini berasal dari 15 pembangkit Eskom yang ditenagai batu bara. Itu terjadi karena fasilitas pembangkit gagal memasang peralatan yang penting untuk proses desulfurisasi. Padahal, proses barusan disebut penting dalam meningkatkan kualitas batu bara dan mengurangi pencemaran lingkungan. 

Pasalnya, pemasangan teknologi itu bukan bualan mahalnya. Ongkos untuk menyematkannya pada satu pembangkit saja sekitar US$2,6 juta atau lebih dari Rp37 miliar. Eskom menghasilkan 44GW dari 15 pembangkitnya dan menghasilkan 1.600 ton SO2 pada tahun fiskal 2020-2021 menurut kajian CREA.