Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
inflasi
ilustrasi inflasi (unsplash.com/Markus Spiske)

Intinya sih...

  • Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2025 mengalami deflasi 0,08 persen.

  • Inflasi tahunan mencapai 2,31 persen, disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

  • Komponen inti mengalami inflasi 2,17 persen dengan andil terbesar terhadap inflasi tahunan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami deflasi tipis sebesar 0,08 persen secara bulanan (month-on-month/MoM) pada Agustus 2025. Penurunan harga sejumlah komoditas pangan seperti tomat dan cabai rawit menjadi pemicu utama. Meskipun demikian, BPS mencatat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) masih bertahan pada level 2,31 persen, menandakan tekanan harga secara umum belum mereda.

BPS memerinci, kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama deflasi bulanan, yakni sebesar -0,29 persen dengan andil -0,08 persen. Komoditas tomat memberikan sumbangan deflasi terbesar, diikuti oleh cabai rawit, tarif angkutan udara, dan bensin.

Namun, gambaran berbeda terlihat pada data tahunan. BPS mencatat inflasi sepanjang tahun berjalan (Januari–Agustus 2025) berada pada level 1,60 persen. Sementara itu, inflasi tahunan tercatat sebesar 2,31 persen.

“Secara year-on-year pada Agustus 2025 terjadi inflasi sebesar 2,31 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 108,51 pada Agustus 2025,” kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers virtual, Senin (1/9).

Inflasi tahunan terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencatatkan kenaikan 3,99 persen dengan andil 1,14 persen. Komoditas bawang merah dan beras menjadi penyumbang terbesar dari kelompok ini.

Jika diperinci berdasarkan komponen, inflasi inti tercatat sebesar 2,17 persen (YoY) didorong kenaikan harga emas dan kopi. Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah naik 1,00 persen akibat lonjakan tarif air minum dan harga sigaret. Adapun komponen harga bergejolak mengalami kenaikan tertinggi sebesar 4,47 persen, terutama akibat harga beras dan komoditas hortikultura lainnya.

Pudji menegaskan bahwa tren kenaikan harga masih terjadi dalam skala tahunan.

"Secara umum, seluruh komponen mengalami inflasi tahunan,” ujarnya.

 

Editorial Team