Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sejumlah komoditas seperti daging ayam ras, telur ayam ras, cabai rawit, dan beras kerap mengalami kenaikan harga pada awal Ramadan dalam enam tahun terakhir.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan pada 2019 hingga 2024 inflasi selalu terjadi selama Ramadan dan Idulfitri.
Berdasarkan data BPS, komponen inti dan harga bergejolak sering menjadi penyumbang utama inflasi pada awal Ramadan. Pada periode Mei 2019 hingga Maret 2024, harga bergejolak cenderung mengalami inflasi pada awal Ramadan, kecuali pada 2020. Puncak inflasi tertinggi terjadi pada awal Ramadan 2022, yakni mencapai 2,3 persen.
"Secara historis, komoditas yang berkontribusi terhadap inflasi di awal Ramadan meliputi daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, ayam hidup, pepaya, cabai rawit, beras, dan bayam," kata Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi pada Senin (10/3).
Pada Februari 2025, inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh komponen inti, dan dalam periode sama harga yang diatur pemerintah serta komponen harga bergejolak justru berandil terhadap deflasi.
Data BPS menunjukkan kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi secara bulanan pada Februari 2025, meskipun secara tahunan masih mengalami inflasi.
Deflasi pada sektor makanan, minuman, dan tembakau dipicu oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, telur ayam ras, kacang panjang, jeruk, jengkol, dan ayam hidup.
Amalia mengatakan meskipun terjadi turun harga pada Februari, ada kemungkinan harga akan naik pada pekan atau bulan berikutnya karena tingginya volatilitas harga pangan.
"Harga bahan pangan sering mengalami fluktuasi, baik naik maupun turun, yang dipengaruhi oleh faktor cuaca serta lonjakan permintaan di momen tertentu seperti Ramadan dan Lebaran," ujarnya.