Jakarta, FORTUNE – Perusahaan mode mewah asal Inggris, Burberry, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.700 karyawan secara global. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi efisiensi akibat memburuknya kinerja keuangan perusahaan dalam satu tahun terakhir.
Dalam laporan keuangan tahunannya, Burberry mencatat kerugian bersih sebesar £75 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk periode April 2024 hingga Maret 2025. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih membukukan laba bersih sebesar £270 juta atau sekitar Rp5,75 triliun.
Hal tersebut menandai perubahan drastis dalam performa bisnis dalam waktu singkat. PHK ini diperkirakan berdampak pada hampir 20% dari total 9.300 tenaga kerja global Burberry. Sebagian besar pemangkasan karyawan terjadi di kantor pusat, termasuk London.
Burberry juga akan merampingkan rotasi kerja di toko-toko ritel dan menghapus shift malam di pabrik Castleford, Yorkshire. Pabrik tersebut dikenal memproduksi trench coat ikonik Burberry. Perubahan tersebut akan memengaruhi sekitar 150 pekerja.
Joshua Schulman sebagai CEO Burberry menjelaskan bahwa langkah-langkah efisiensi ditujukan untuk menghemat pengeluaran sebesar £60 juta (sekitar Rp1,28 triliun). Angka ini di luar target penghematan sebelumnya sebesar £40 juta yang diumumkan pada November 2024.
"Kami telah melihat kelebihan kapasitas di beberapa fasilitas selama bertahun-tahun. Kini saatnya merampingkan agar operasional tetap berkelanjutan," ujar Schulman, dikutip Vogue Business, Rabu (14/5).
Ia juga menyebut bahwa perusahaan akan berinvestasi di pabrik Castleford pada paruh kedua 2025 sebagai bagian dari restrukturisasi.