Microsoft PHK 6.000 Karyawan, Fokuskan Investasi ke AI

- Microsoft PHK 6.000 karyawan di seluruh dunia, setara dengan 3% dari total tenaga kerja mereka yang berjumlah 228.000 orang.
- PHK dilakukan untuk menyesuaikan struktur organisasi dengan prioritas investasi di bidang AI meski kinerja perusahaan solid.
- Perusahaan mengalokasikan belanja modal hingga US$80 miliar tahun ini untuk memperluas pusat data dan mengatasi kendala kapasitas dalam menjalankan layanan AI.
Jakarta, FORTUNE — Microsoft mengumumkan restrukturisasi global dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 6.000 karyawan di berbagai belahan dunia. Jumlah ini setara dengan 3% dari total tenaga kerja mereka yang berjumlah 228.000 orang.
Gelombang PHK Microsoft kali ini menjadi yang terbesar sejak 2023. PHK kali ini juga mencakup berbagai divisi penting seperti LinkedIn, Xbox, serta tim rekayasa perangkat lunak. Tim tersebut menggarap layanan utama seperti Azure dan Windows.
Microsoft menyebut langkah pemecatan karyawan sebagai bagian dari penyesuaian strategis jangka panjang. Tujuannya untuk menyelaraskan struktur organisasi dengan prioritas investasi di bidang kecerdasan buatan (AI).
Bukan soal kinerja tapi strategi investasi
PHK terjadi hanya beberapa minggu setelah Microsoft mencatatkan kinerja yang solid di kuartal terakhir 2024, terutama di lini komputasi awan Azure yang tumbuh melampaui ekspektasi analis. Hal ini sempat meredakan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi global yang tidak pasti.
Menariknya, ini bukan kali pertama Microsoft melakukan perampingan tenaga kerja pada 2025. Pada Januari lalu, perusahaan juga melakukan PHK dalam skala kecil dengan alasan kinerja.
Meski pendapatan naik, lonjakan investasi untuk mendukung ekspansi infrastruktur AI justru membebani profitabilitas perusahaan. Margin keuntungan Microsoft Cloud dilaporkan menyempit menjadi 69% per Maret 2025, turun dari 72% pada tahun sebelumnya.
Keputusan PHK Microsoft diambil untuk merampingkan struktur internal. Selain itu, bertujuan mempercepat pengambilan keputusan dalam pengembangan produk agar lebih gesit dalam merespons kebutuhan bisnis.
LinkedIn yang paling terdampak
Salah satu divisi yang terkena dampak signifikan adalah LinkedIn, platform jejaring profesional yang diakuisisi Microsoft pada 2016 dengan nilai US$26,3 miliar. Menurut laporan di media sosial dan sumber internal, sekitar 3.000 posisi di LinkedIn dipangkas. Namun, angka pastinya belum dikonfirmasi secara resmi oleh perusahaan.
Pemangkasan ini menambah panjang daftar efisiensi LinkedIn, setelah sebelumnya juga melakukan PHK terhadap 716 karyawan pada 2023. Kekhawatiran pun bermunculan mengenai potensi stagnasi inovasi, mengingat LinkedIn selama ini menjadi andalan jutaan profesional untuk mencari pekerjaan dan mengembangkan keahlian.
Selain LinkedIn, divisi Xbox yang belakangan menghadapi perlambatan dalam industri gim global, juga terdampak oleh gelombang PHK ini. Begitu pula dengan sejumlah tim teknik yang menangani produk-produk kunci seperti Azure dan Windows, terutama pada tingkatan manajerial.
Menjadikan AI sebagai prioritas utama
Microsoft telah menetapkan arah baru dengan memusatkan investasi ke sektor AI. Perusahaan mengalokasikan belanja modal hingga US$80 miliar tahun ini, sebagian besar digunakan untuk memperluas pusat data dan mengatasi kendala kapasitas dalam menjalankan layanan AI.
CEO Satya Nadella menyebutkan sekitar 20–30% kode dalam proyek internal Microsoft sudah dihasilkan oleh AI saat ini. Ia menggambarkan perusahaannya sebagai distillation factory yang bertugas menyederhanakan model AI besar menjadi solusi lebih ringan dan aplikatif untuk pengguna.
“Kami telah melakukan investasi besar dalam AI karena kami optimis tentang apa yang dapat dilakukannya untuk membantu orang, industri, dan masyarakat. Kami berkomitmen untuk menyatukan teknologi dan orang-orang guna menjadikan peran AI bertanggung jawab,” ujar juru bicara perusahaan dalam pernyataan resmi sebagaimana dikutip Forbes, Selasa (14/5).
Teknologi AI pun kini telah tertanam dalam berbagai produk utama Microsoft, termasuk Microsoft 365, Azure, dan Dynamics 365. Ini semua adalah bagian dari visi besar perusahaan untuk mendorong demokratisasi AI.
Namun, investasi masif yang dimabil Microsoft menuntut efisiensi di lini lain. Seperti halnya Google, yang juga telah memangkas ratusan karyawan tahun lalu, Microsoft tampaknya mengikuti jalur yang sama.
Microsoft berinvestasi besar di masa depan sambil mengencangkan ikat pinggang di sektor lain. Hanya saja, investasi besar ini tidak datang tanpa konsekuensi. Pengurangan jumlah tenaga kerja disebut sebagai langkah efisiensi biaya agar perusahaan tetap kompetitif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Meski berita PHK sering kali menimbulkan kekhawatiran, pasar merespons langkah ini dengan relatif tenang. Saham Microsoft sempat terkoreksi sebesar 2% pada perdagangan 13 Mei 2025, tapi tetap berada di posisi tinggi sepanjang tahun ini.
Saham terakhir tercatat diperdagangkan pada US$449,26, hanya terpaut tipis dari rekor sebelumnya di US$467,56. Microsoft juga mencatat kinerja keuangan yang solid dengan pendapatan kuartal terbaru mencapai US$70,07 miliar. Hasil ini memperkuat narasi bahwa investasi pada AI mulai membuahkan hasil.