Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Nissan PHK 10 Ribu Karyawan Lagi dan Tutup 7 Pabrik

nissan phk.png
Ilustrasi Nissan (unsplash.com/Kenjiro Yagi)
Intinya sih...
  • Nissan PHK lebih dari 10.000 karyawan secara global, total mencapai 20.000 orang sejak program restrukturisasi dimulai.
  • Rugi bersih Nissan mencapai 750 miliar yen, CEO Ivan Espinosa menyebut kondisi ini sebagai peringatan keras bagi perusahaan.
  • Nissan akan pangkas kapasitas produksi global hingga 20% dan meluncurkan 10 model kendaraan baru untuk mengejar ketertinggalan.

Jakarta, FORTUNE - Nissan Motor Co Ltd kembali mengambil langkah besar dengan mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 10.000 karyawan secara global.

Sejak program restrukturisasi Nissan dimulai, jumlah karyawan yang terkena PHK menjadi mencapai sekitar 20.000 orang. Angka tersebut setara 15% dari tenaga kerja Nissan di seluruh dunia.

Pengumuman Nissan PHK dikeluarkan seiring dengan laporan keuangan tahun fiskal 2024. Nissan mencatat kerugian bersih mencapai 750 miliar yen, atau sekitar Rp79 triliun.

Hadapi tekanan di pasar global

Pengumuman PHK ini menyusul laporan keuangan tahunan Nissan yang dirilis pada Selasa (13/5). Perusahaan otomotif asal Jepang ini memperkirakan rugi bersih antara 700 hingga 750 miliar yen (setara US$4,74 miliar hingga US$5,08 miliar).

Hal ini menandai salah satu tahun terberat bagi Nissan dalam satu dekade terakhir. CEO baru Nissan, Ivan Espinosa, menyebut kondisi tersebut sebagai peringatan keras bagi perusahaan.

"Hasil keuangan tahunan kami adalah sebuah peringatan keras. Realitasnya sangat jelas, yaitu biaya variabel kami meningkat, dan biaya tetap kami lebih tinggi dari pendapatan yang saat ini bisa kami hasilkan," ungkap Espinosa dalam konferensi pers di Yokohama, mengutip Reuters, Selasa (13/5).

Hingga akhir Maret 2024, Nissan mempekerjakan lebih dari 133.000 orang secara global. Namun, tekanan di pasar Amerika Serikat dan China membuat perusahaan kesulitan mempertahankan performa.

Di Amerika Serikat, Nissan tertinggal dalam tren kendaraan hibrida dan kehilangan keunggulan awal di pasar mobil listrik. Sementara itu, di China, penjualan terus menurun di tengah persaingan ketat.

Tak hanya itu, perusahaan juga menghadapi tantangan eksternal lain. Mulai dari tingginya tarif impor dari Amerika Serikat hingga dominasi produsen mobil listrik asal China di Asia Tenggara dan wilayah lain.

Rencana penutupan pabrik

Sebagai bagian dari strategi penghematan, Nissan dilaporkan akan memangkas kapasitas produksi global hingga 20%. Espinosa menargetkan efisiensi biaya sebesar 500 miliar yen melalui perampingan operasional dan penyederhanaan proses produksi.

Salah satu langkah signifikan adalah pengurangan jumlah pabrik produksi dari 17 menjadi hanya 10. Selain itu, struktur komponen kendaraan akan disederhanakan hingga 70% untuk menekan biaya produksi.

Pabrik Nissan di Thailand bahkan dijadwalkan berhenti beroperasi pada Juni 2025 nanti. Nissan juga membatalkan proyek pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai US$1,1 miliar atau sekitar Rp170 triliun.

Rencananya, proyek pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Pulau Kyushu, Jepang. Proyek itu sempat disiapkan untuk menerima subsidi dari pemerintah Jepang, tapi akhirnya dihentikan akibat kondisi finansial yang memburuk.

Bertahan di tengah persaingan ketat

Di tengah badai restrukturisasi dan kerugian besar, Nissan mencoba menatap masa depan dengan strategi pemulihan yang ambisius. Langkah yang diambil adalah meluncurkan sepuluh model kendaraan baru dalam beberapa tahun ke depan.

Strategi itu bertujuan mengejar ketertinggalan di pasar mobil listrik dan memperkuat kembali posisi merek mereka. Meski PHK massal menjadi langkah yang berat, Nissan menilai kebijakan ini penting untuk menjaga keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang.

Keberhasilan transformasi Nissan ke depan akan sangat bergantung pada efektivitas implementasi strategi restrukturisasi, adaptasi terhadap perubahan tren otomotif global, serta dukungan dari mitra bisnis yang masih tersisa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ana Widiawati
EditorAna Widiawati
Follow Us