Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Cina akhirnya menyetujui kesepakatan transfer kepemilikan TikTok kepada pihak Amerika Serikat (AS) sebagai penanda babak baru dalam polemik panjang yang berlangsung lebih dari setahun.
Laporan Reuters, Jumat (31/10), menegaskan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengonfirmasi bahwa kesepakatan itu dicapai dalam perundingan dagang antara AS dan Cina di Kuala Lumpur, Malaysia, pekan lalu. Menurutnya, proses transfer akan berlanjut dalam beberapa pekan hingga bulan mendatang, meski belum memberikan perincian lebih lanjut.
“Saya memperkirakan proses ini akan terus berjalan dalam beberapa minggu dan bulan ke depan hingga akhirnya mencapai penyelesaian,” ujar Bessent dalam acara Mornings with Maria, usai pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping.
Kementerian Perdagangan Cina turut membenarkan adanya kemajuan signifikan dalam pembahasan TikTok. Dalam pernyataan resminya, juru bicara kementerian itu menegaskan Beijing akan bekerja sama dengan Washington untuk menangani isu-isu terkait TikTok secara tepat.
Aplikasi milik raksasa teknologi Cina, ByteDance, tersebut hingga kini belum memberikan komentar resmi. Namun, persetujuan ini dipandang sebagai langkah penting mengakhiri ketidakpastian yang menghantui operasionalisasi TikTok di AS dalam 18 bulan terakhir.
Pada 2024, Kongres AS mengesahkan undang-undang yang mewajibkan ByteDance menjual aset TikTok di AS paling lambat pada Januari 2025, dengan dalih keamanan nasional. Kekhawatiran utama pemerintah AS adalah potensi akses data pengguna oleh pemerintah Cina melalui TikTok.
Sebagai tindak lanjut, Presiden Donald Trump pada 25 September lalu menandatangani perintah eksekutif yang menyatakan rencana penjualan TikTok kepada konsorsium investor AS dan global telah memenuhi persyaratan keamanan nasional.
Trump memberikan waktu 120 hari untuk menyelesaikan transaksi itu dan menunda penerapan undang-undang hingga 20 Januari 2026. Berdasarkan perintah tersebut, algoritma TikTok akan dilatih ulang dan diawasi oleh mitra keamanan dari perusahaan AS, sementara operasionalisasi aplikasi akan berada di bawah kendali perusahaan patungan (joint venture) baru.
Dalam struktur perusahaan baru itu, ByteDance hanya berhak menunjuk satu dari tujuh anggota dewan direksi, sementara enam lainnya akan diisi oleh warga negara AS. Selain itu, ByteDance akan menurunkan kepemilikan sahamnya di TikTok AS menjadi kurang dari 20 persen untuk mematuhi ketentuan hukum berlaku.
Meski kesepakatan ini disambut positif oleh sebagian pihak, sejumlah anggota Kongres AS tetap menyuarakan kekhawatiran. Ketua Komite Khusus DPR AS untuk Urusan Cina, John Moolenaar, menilai perjanjian lisensi algoritma TikTok sebagai bagian dari kesepakatan penjualan aset AS dapat menimbulkan “kekhawatiran serius” terhadap keamanan nasional.
Dengan disetujuinya kesepakatan transfer oleh pemerintah Cina, teka-teki panjang nasib TikTok di AS kini mulai menemukan titik terang. Namun, perjalanan menuju penyelesaian penuh masih panjang — terutama dalam memastikan bahwa kepentingan keamanan nasional dan kepemilikan bisnis global dapat berjalan beriringan.
