Klarifikasi FUTR, Akui Gandang PLN dan Investor Cina Bangun PLTS di Bali

- PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) membenarkan informasi pembangunan PLTS di Bali dengan PLN dan investor Cina.
- Perseroan tengah diarahkan sebagai holding energi hijau, dengan proyek PLTS berkapasitas total 130 MW di Bali.
- Saham FUTR naik 3,51% dalam sehari, dengan laba bersih per kuartal II 2025 sebesar Rp3,7 miliar.
Jakarta, FORTUNE - Emiten energi PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) membenarkan kabar yang beredar terkait pembanguan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bali yang bekerja sama dengan PLN dan investor asal Cina.
Direktur Utama Futura Energi Global Tonny Agus Mulyantono menjelaskan, perseroan tengah dipersiapkn sebagai holding energi hijau dan memayungi proyek-proyek berbasis energi hijau. Salah satu proyek yang sedang digarap adalah PLTS berkapasitas total sebesar 130 megawatt (MW) di Bali.
"Saat ini perseroan melalui perusahaan anak sedang menyiapkan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan mitra strategis asal China, yang merupakan perusahaan global di bidang teknologi energi surya dan sistem penyimpanan energi untuk menggarap proyek PLTS di Bali," ujar Tonny dalam keterbukaan informasi, Senin (20/10).
Proyek PLTS ini disebut-sebut akan dimulai dengan proyek berkapasitas 3,8 MW. Langkah perseroan ke arah energi hijau ini dinilai sejalan dengan transformasi bisnis yang sedang dilakukan usai diakuisisi PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara), serta prospek jangka panjang sektor energi hijau yang dinilai menjanjikan, khususnya pada subsektor geothermal yang terbukti layak secara teknis maupun ekonomis.
Tonny mengatakan, perseroan akan menyampaikan informasi lebih lengkap setelah penandatanganan MOU dilakukan. Hal ini pun dinilai tidak signifikan memengaruhi kelangsungan kinerja, serta harga saham perseroan.
Pada perdagangan, Senin (20/10), saham FUTR bergerak mengijau di level Rp590 per saham, naik 3,51 persen dalam sehari. Secara year to date (ytd), saham FUTR telah melesat 280,65 persen.
Perseroan membukukan laba bersih pada sebesar Rp 3,7 miliar per kuartal II 2025. Nilai tersebut melesat sekitar 236 persen dibandingkan enam bulan pertama tahun lalu yang sebesar Rp1,1 miliar. Kendati demikian pendapatan turun drastis 62,9 persen dari Rp58,5 miliar pada semester I 2024 menjadi Rp21,7 miliar pada semester I 2025.