Pengangkatan dua direktur asing ini juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang sebelumnya telah mengumumkan perubahan regulasi agar ekspatriat dapat menjadi pimpinan BUMN.
“Saya sudah mengubah regulasinya, sekarang ekspatriat, non-Indonesia bisa memimpin BUMN kita,” kata Prabowo dalam dialog bersama Steve Forbes, Chairman Forbes Media, di Jakarta (15/10).
Menurut Prabowo, langkah ini bertujuan agar perusahaan pelat merah dijalankan dengan standar internasional dan bisa bersaing di pasar global. Ia juga menugaskan BPI Danantara untuk mencari talenta terbaik, baik dari dalam maupun luar negeri.
Rosan menambahkan, keberadaan dua direktur asing ini menjadi bukti keseriusan Danantara dalam menata ulang Garuda Indonesia. Terlebih, lembaga tersebut telah menyuntikkan dana investasi sebesar 400 juta dolar AS atau sekitar Rp6,63 triliun (kurs Rp16.581 per dolar AS) untuk memperkuat Garuda dan anak usahanya, Citilink.
"Kita mau menunjukkan bahwa kita ini serius. Karena di dalam Garuda ini kita juga menginvestasikan dana yang tidak kecil, ya, kita sudah kucurkan 400 juta dolar AS dan kemungkinan akan bertambah. Jadi kita melihat bahwa manajemen memainkan peranan yang sangat penting," ungkapnya.
Dengan pengalaman panjang dua eksekutif asing tersebut, pemerintah berharap Garuda Indonesia bisa kembali menjadi maskapai kebanggaan nasional yang sehat dan kompetitif. Transformasi di bidang keuangan, tata kelola, dan strategi bisnis menjadi fokus utama dalam upaya memperbaiki kinerja perusahaan.
Keduanya juga diharapkan dapat memperkuat posisi Garuda di pasar internasional serta memperluas jaringan bisnis maskapai yang selama ini menghadapi tantangan berat pascapandemi dan restrukturisasi utang.