NEWS

10 Fungsi Pekerjaan Paling Banyak Dikurangi pada 2023

28 persen perusahaan memberhentikan pekerjanya.

10 Fungsi Pekerjaan Paling Banyak Dikurangi pada 2023Sejumlah calon pekerja antre untuk memasuki ruangan pameran bursa kerja pada Festival Pelatihan Vokasi dan Job Fair Nasional 2023 di JIexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (27/10). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
by
25 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNEJobstreet by SEEK merilis laporan terbaru yang bertajuk Rekrutmen, Kompensasi, dan Manfaat 2024. Dalam survei ini, nampak 28 persen perusahaan mengurangi tenaga kerjanya pada 2023. Setidaknya ada 10 fungsi pekerjaan teratas yang mengalami pengurangan tenaga kerja terbanyak pada 2023.

Sales Director, Jobstreet by SEEK, Indonesia, Wisnu Darmawan, mengatakan terdapat kemungkinan perusahaan mengambil tindakan tersebut.

“Ini biasanya terjadi karena ada pergeseran, bisa dari sisi kuantitas pekerja dan perbedaan fungsi dari pekerjaannya,” kata dia di kantornya, Jakarta, Kamis (25/1).

Survei ini dilakukan pada September 2023 terhadap 1.180 praktisi rekrutmen (talent acquisition) di Indonesia dari berbagai sektor utama seperti manufaktur, IT dan telekomunikasi, serta ritel dan perdagangan, dan memberikan wawasan mengenai lanskap rekrutmen saat ini dan proyeksi perkembangannya pada 2024.

Untuk 10 fungsi pekerjaan yang paling banyak mengalami pengurangan tenaga kerja teratas adalah admin dan HR dengan porsi 22 persen, kemudian diikuti pekerjaan di manufaktur 13 persen, akuntansi 11 persen, dan teknik 10 persen.

Kemudian, dilanjutkan dengan pemasaran 10 persen, layanan pelanggan 10 persen, teknologi informasi 10 persen, dan penjualan 8 persen. Kemudian sisanya, ada manajemen dan konstruksi masing-masing 7 persen.

Wisnu mengatakan, saat terjadi pandemi pada 2021 dan 2022, banyak perusahaan melakukan ekspansi secara agresif dan merekrut banyak orang untuk menjadi pekerja.

Namun, dalam kenyataannya, terjadi perbedaan terhadap kondisi pasar sehingga perusahaan harus melakukan rasionalisasi untuk jumlah pekerjanya.

“Hal ini memang biasa dilakukan oleh perusahaan,” kata Wisnu.

Kemudian dari sudut pandang fungsi pekerja, menurut Wisnu, banyak pekerjaan sudah mulai tergantikan oleh teknologi.

“Ini bisa berubah-ubah tren teknologinya dan sangat vital. Pada saat pandemi orang tidak bisa keluar rumah, dan post pandemic ini bisa keluar rumah. Ini tren konsumen juga bisa menjadi kontributor untuk melakukan lay off,” ujarnya.

Pekerja paruh waktu akan lebih terdampak

Dari 28 persen perusahaan yang telah melakukan pengurangan pekerja pada 2023, pegawai kontrak/sementara menjadi tipe pekerjaan terbanyak yang dikurangi, yaitu 19 persen. Perusahaan kemungkinan tidak memperpanjang ketika kontrak kerja berakhir.

Pegawai tetap purnawaktu merupakan kelompok terbesar kedua, yaitu 16 persen, yang menunjukkan bahwa perusahaan mungkin akan mengkaji ulang strategi penempatan pegawai jangka panjang pasca Covid-19.

Dibandingkan dengan 2022, terjadi peningkatan signifikan dalam pengurangan pegawai paruh waktu tetap. Perusahaan yang ingin mengurangi pekerja tetapnya mencapai 11 persen. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan dalam metode penyesuaian tenaga kerja ketika posisi paruh waktu lebih terdampak pada 2023.

Jika melihat dari skala bisnisnya, perusahaan besar yang berniat memberhentikan pekerjanya mencapai 33 persen, kemudian perusahaan menengah dan kecil masing-masing 22 persen.

Semakin banyak perusahaan besar yang mengurangi tenaga kerjanya, yang kemungkinan terjadi akibat restrukturisasi, downscaling, dan mengalami turnover lebih tinggi.

Related Topics