NEWS

Ekspor Furnitur RI Moncer, Airlangga: Saingan Kuat Cina dan Vietnam

Pada 2022 ekspor furnitur Indonesia naik jadi US$2,9 miliar.

Ekspor Furnitur RI Moncer, Airlangga: Saingan Kuat Cina dan VietnamShutterstock/Chaosamran_Studio
by
10 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Catatan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian mencatat dalam lima tahun terakhir menunjukkan kinerja ekspor industri furnitur Indonesia terus meningkat hingga 77,9 persen. Nilai ekspor furnitur pada 2021 mencapai US$2,8 miliar atau naik sebesar 33 persen dibandingkan 2020. Sedangkan pada 2022, ekspor industri furnitur kayu dan rotan terpantau cukup stabil di angka US$2,9 miliar.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor industri furnitur US$5 miliar pada 2024. Untuk perbandingan, nilai ekspor mebel pada 2021 mencapai US$2,8 miliar atau lebih tinggi 33 persen ketimbang 2020, sedangkan pada 2022 mencapai US$2,9 miliar.

“Saingannya kuat, seperti Cina dan Vietnam,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangannya, Kamis (9/3).

Menurutnya, pada Desember 2022 Indonesia membukukan utilisasi industri furnitur 74,16 persen. Untuk potensi pasar, industri furnitur memiliki nilai sekitar US$500 miliar.

Secara global, Cina menempati urusan teratas dalam hal nilai ekspor furnitur dunia dengan pangsa pasar 32,86 persen, lalu diikuti langsung oleh Vietnam dengan 8,4 persen, menurut data Kementerian Perindustrian.

Tantangan yang dihadapi industri furnitur

Airlangga mengatakan industri ini menghadapi beberapa tantangan dalam menyediakan bahan baku, inovasi desain produk, kesesuaian selera pasar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta pemanfaatan teknologi tepat guna—terutama terkait kelestarian lingkungan.

Guna mengatasi hambatan bahan baku, Airlangga mengatakan kementeriannya telah membicarakannya dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sementara untuk penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang diminta oleh Uni Eropa, pemerintah, katanya, menanggungnya, terutama untuk UMKM. 

“SVLK boleh saja (diterapkan), tapi jangan sampai membebani pengusaha,” ujarnya.

Kayu jadi andalan mebel Indonesia

Dari sisi bahan baku dan kemampuan produksi, peluang ekspor produk furnitur Indonesia yang terbesar adalah produk furnitur berbahan baku kayu. Dari sisi ketersediaannya, kata Airlangga, Indonesia sepertinya masih memiliki cukup pasokan. Sedangkan dari sisi produksi, Indonesia memiliki pengalaman dan kemampuan dalam menghasilkan furnitur dari bahan baku kayu yang lebih unggul dari Cina dan Vietnam.

“Dari segi craftmanshift [keahlian], kita lebih unggul. Dari segi ketersediaan bahan baku, kita pun ada. SDM pun kita siap. Jadi, tinggal pengolahan secara baik,” ujar Airlangga.

Dalam hal proporsi ekspor furnitur, Indonesia mengandalkan kayu dengan 69,25 persen, sementara produk dari rotan dan logam hanya mengambil masing-masing 6,5 persen dan 5,7 persen.

Related Topics