Jakarta, FORTUNE - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah resmi beroperasi di Indonesia dengan Aset Dalam Kelolaan (AUM) mencapai US$900 miliar. Dengan dana super jumbo tersebut, Danantara akan melakukan investasi di sektor-sektor strategis seperti proyek-proyek berkelanjutan yang berdampak tinggi di berbagai sektor, seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lainnya.
Menanggapi hal itu, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin. Kepada media Eddy menekankan penting adanya transparansi, penerapan tata kelola perusahaan dan manajemen risiko yang memadai dalam pengelolaan Danantara.
“Badan ini mesti dijauhkan dari kepentingan politik. Karena itu, semua pihak dari pemerintah hingga legislatif dan yudikatif harus menjaga Danantara, yang diharapkan menjadi masa depan perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata Eddy kepada media beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani berharap lembaga ini memiliki kemampuan lebih besar untuk mengelola dividen, melakukan restrukturisasi, dan memastikan pengelolaan investasi yang tepat dengan tata kelola yang lebih efisien dengan fokus pada pencapaian tujuan ekonomi jangka panjang . Pengelolaan aset yang terkoordinasi akan mempengaruhi stabilitas permodalan, ekspansi investasi, dan penguatan sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Terlebih, jelas Aviliani, kinerja BUMN kita sudah baik. Maka seharusnya dengan upaya klusterisasi, merger, dan holding, semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada BUMN. Bahkan ada lima BUMN yang masuk dalam world class companies diantaranya Bank Mandiri, BNI, dan BRI.
“Dengan modal yang kuat serta resiliensi BUMN Perbankan dalam menghadapi krisis bahkan siap dalam berbagai penugasan negara maka seharusnya optimisme itu harus terbangun,” tegas Aviliani kepada media di Jakarta, Rabu (26/2).
Bank Mandiri misalnya hingga bulan pertama 2025 mencatat pertumbuhan yang impresif. Total kredit Bank Mandiri secara bank only tumbuh sebesar 19,29 persen secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 1.307,18 triliun. Ekspansi kredit ini mendorong peningkatan total aset sebesar 15,49 persen (yoy) menjadi Rp 1.923,40 triliun. Dari sisi pendanaan, Bank Mandiri mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) naik sebesar 15,13 persen (yoy) menjadi Rp 1.394,40 triliun.