Jakarta, FORTUNE – Setelah dampak perang Rusia-Ukraina, ketahanan pangan dunia diperkirakan semakin terguncang dengan adanya El Nino, yang datang lebih awal dari biasanya, sehingga menghambat produksi beras di seluruh Asia.
Analis riset di Food Policy Research Institute (IFPRI), Abdullah Mamun, mengatakan tanda-tandanya tersebut sudah terlihat dengan kenaikan harga beras seiring berkurangnya produksi. Padahal, 90 persen beras dunia ditanam dan menjadi kebutuhan pangan pokok.
Mamun mengatakan, dampak El Nino tahun ini dapat semakin buruk bagi negara-negara penghasil beras, seperti berkurangnya ketersediaan pupuk akibat perang dan pembatasan ekspor beras beberapa negara. Menurutnya, Myanmar, Kamboja, dan Nepal sangat rentan. “Ada ketidakpastian di langit,” katanya seperti dikutip dari APNews, Kamis (13/7).
Seperti diketahui, El Nino adalah pemanasan alami, sementara, dan sesekali di bagian Pasifik yang mengubah pola cuaca global. Sayangnya, perubahan iklim yang terjadi membuatnya lebih kuat. Bahkan, kini ada satu dari empat kemungkinan, fenomena ala mini akan berdampak besar dan makin luas. Sebelumnya, El Nino biasanya ditandai dengan cuaca ekstrem, mulai dari kekeringan hingga banjir.