NEWS

Kebangkitan Krakatau Steel di Era Silmy Karim

Efisiensi dan Jurus Negosiasi Ala Silmy Karim.

Kebangkitan Krakatau Steel di Era Silmy KarimPabrik Hot Strip Mill PT Krakatau Steel (Persero). Dok. Krakatau Steel
24 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Silmy Karim seperti mewarisi tuah si Raja Midas. Sebab, segala sesuatu yang disentuhnya berubah menjadi sangat bernilai. Jumlah perusahaan yang bisa keluar dari kondisi pelik dan mengalami peningkatan kinerja saat dia pimpin memang belum banyak. Sebut saja PT Pindad (Persero) dan PT Barata Indonesia (Persero), tempat dia menjabat sebagai direktur utama. Namun, untuk seseorang yang kariernya lebih banyak dihabiskan dalam bidang kebijakan publik, khususnya pertahanan, capaiannya istimewa.

Kemampuan Silmy dalam membenahi perusahaan kembali terbukti di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Pada 2020, dia membawa BUMN produsen baja itu menorehkan laba bersih Rp327,4 miliar. Hanya dalam kurun dua tahun sejak ditunjuk sebagai direktur utama pada 6 September 2018, kondisi keuangan perusahaan yang terus-menerus rugi sejak 2012 itu berbalik. Bahkan pada semester pertama lalu, keuntungan perusahaan melonjak drastis menjadi Rp475 miliar dibandingkan periode sama 2020 yang sebesar Rp67 miliar.

Namun, tak mudah membawa Krakatau Steel untuk sampai pada kondisi sekarang. Ketika Silmy baru bergabung, perusahaan bermarkas di Cilegon, Banten, itu seperti raksasa lumpuh. Kesalahan investasi, besarnya beban utang, hingga tingginya ongkos produksi membuatnya kalah dalam persaingan dan nyaris bangkrut.

Efisiensi Sana, Efisiensi Sini

Hemat Silmy, efisiensi besar-besaran adalah cara terbaik untuk menyelamatkan perusahaan. Sebab, ia sadar meningkatkan volume penjualan nyaris mustahil ketika arus kas perusahaan negatif. Di sisi lain, Krakatau Steel juga harus berhadapan dengan baja impor yang masih membanjiri pasar domestik. Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) mencatat pangsa pasar baja impor dalam negeri hingga tahun lalu masih 52 persen.

“Volume produksi kalau mau ditingkatkan lagi tidak mudah. Dari sisi margin, kalau mau menutup cost, saya harus menjual berkali-kali lipat,” kata Silmy saat ditemui Fortune Indonesia di kantornya (18/10). “Artinya saya harus pangkas cost. Karena harga produk kita tidak bisa bersaing kalau biaya produksinya besar.”

Sejak 2019 hingga September tahun ini, KRAS—kode saham emiten tersebut—telah memangkas jumlah karyawan hingga 62 persen dari 7.710 orang menjadi 2.929 orang. Kebijakan ini diwarnai penolakan keras para buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Baja Cilegon (FSPBC). Mereka menggelar demonstrasi di lokasi pabrik dan kantor walikota selama 7 hari beruntun pada 17-26 Juli 2019.

Di luar itu, Silmy juga mengurangi posisi dan jumlah karyawan dalam struktur organisasi induk perusahaan. Jabatan superintendent dihilangkan, sehingga tiap general manager langsung membawahkan dua manajer dan anggota staf.

“Ada model bisnis untuk kita meningkatkan pendapatan. Ada proses bisnis untuk kita lakukan efisiensi. Bicara proses bisnis, tidak lepas dari struktur organisasi dan prosedur pelaksanaan. Struktur organisasi harus mencerminkan perusahaan yang memang cepat dan responsif,” kata lulusan Naval Postgraduate School (NPS), California, untuk Bidang Manajemen Pertahanan itu.

Silmy tak hanya menyasar sisi organisasi. Dia juga menaruh perhatian besar pada utang Krakatau Steel sejak awal menjabat. Menurutnya, kubangan utang sebesar Rp37 triliun di kas perseroan menyebabkan kerugian fundamental jika tidak segera direstrukturisasi. Dalam sebuah kesempatan, ia bahkan pernah menyebut beban bunga yang ditanggung perusahaan naik Rp7 miliar saban hari.

Toh upaya negosiasi dengan para kreditur selesai juga di penghujung Januari 2020. Tidak hanya mengundur pembayaran pokok pinjaman, restrukturisasi utang Krakatau Steel juga menurunkan beban bunga pinjaman secara signifikan dari US$847 juta menjadi US$466 juta.

Kepada Fortune, Silmy membeberkan strateginya dalam bernegosiasi selama menjabat di Krakatau Steel, baik dalam rangka restrukturisasi utang maupun pengembangan bisnis dengan mitra perseroan. Kuncinya hanya satu: setiap pihak harus merasa dimenangkan.

Related Topics