NEWS

Kemenkes Investigasi Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak

Kasus gangguan ginjal serupa ditemukan di Gambia, Afrika.

Kemenkes Investigasi Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius pada AnakJuru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi. (dok. FKUI)
14 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Kesehatan membentuk tim investigasi kasus gangguan ginjal akut misterius yang menurut catatan Ikatan Dokter Anak Indonesia telah mencapai 131 kasus, dan telah dilaporkan sejak Januari hingga Oktober 2022.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Indonesia, Siti Nadia, mengatakan tim tersebut bertujuan mengungkap penyebab penyakit dan menangani laju kasus kematian tersebut.

"Kementerian Kesehatan telah membentuk tim terdiri atas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) untuk penyelidikan dan penanganan kasus gangguan ginjal akut misterius," ujarnya seperti dikutip Antara, Kamis (13/10).

Berdasarkan catatan Kemenkes, ada tambahan tiga kasus gagal ginjal akut pada anak per 3 Oktober 2022. Sehingga total pasien yang masih dalam proses penanganan saat ini berjumlah 40 anak usia balita hingga delapan tahun.

Diskusi dengan tim dari Gambia

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) Kemenkes RI telah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tatalaksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal.

"Hasil pemeriksaan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), hingga kini tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik," katanya.

Hasil diskusi dengan tim dari Gambia, Afrika, yang mempunyai kasus serupa tentang dugaan ke arah konsumsi obat yang mengandung etilen glikol, kata Nadia, masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

"Tapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut, karena tidak terdeteksi dalam darah," ujarnya.

Kemenkes hingga saat ini sedang berkoordinasi dengan pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengadakan investigasi kasus di Gambia untuk mengetahui hasil investigasi.

Kewaspadaan mesti ditingkatkan

Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau agar orang tua mewaspadai gejala gangguan ginjal akut misterius yang terjadi pada anak, terutama gejala spesifik berupa penurunan volume urine atau air seni.

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K), mengatakan anak-anak yang mengalami gangguan ginjal tersebut hampir semuanya datang dengan keluhan tidak buang air kecil atau buang air kecil tapi sangat sedikit.

"Kami ingin menyampaikan kewaspadaan bahwa kalau ada penurunan jumlah volume buang air kecil pada anak-anak, maka itu harus segera diperiksakan ke rumah sakit," kata Eka dalam konferensi pers Selasa lalu.

Menurut IDAI, gangguan ginjal akut misterius atau disebut dengan acute kidney injury (AKI) progresif atipikal yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia hingga saat ini belum diketahui penyebabnya.

Sejauh ini IDAI mencatat kasus gangguan ginjal misterius tersebut, terutama kasus di Jakarta, banyak terjadi pada anak di bawah usia lima tahun. Namun, kata Eka, ada juga pasien di luar Jakarta yang berusia belasan tahun.

Biasanya, anak yang mengalami AKI memiliki masalah ginjal bawaan. Namun, menurut IDAI, pada kasus pasien-pasien yang ditemukan menderita gangguan ginjal akut misterius memiliki ginjal awal yang normal dan bukan sesuatu yang merupakan kelainan bawaan.

"Kami lihat bahwa anak-anak ini, dalam wawancara dengan orang tuanya mengenai riwayat penyakitnya itu tidak jelas, ada episode penyakit yang seperti itu. Tetapi, dia tiba-tiba mengalami penurunan jumlah urine atau air seninya," kata Eka.

Related Topics