NEWS

PBB Peringatkan Kenaikan Suhu Segera Lampaui 1,5 Derajat Celcius

Pendanaan strategi pencegahan iklim harus naik 6 kali lipat.

PBB Peringatkan Kenaikan Suhu Segera Lampaui 1,5 Derajat CelciusPerubahan Iklim. (Dominic Wunderlich/Pixabay)
05 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB mengungkapkan bahwa teknologi, pengetahuan, dan kekayaan umat manusia yang sangat besar masih belum cukup untuk memastikan kondisi iklim yang layak huni di masa depan.

Di samping itu, waktu untuk untuk membatasi tingkat pemanasan di atas 1,5 derajat celcius dibandingkan masa pra-Revolusi Industri juga makin sempit. Polusi gas rumah kaca harus mencapai puncaknya “paling lambat sebelum 2025” agar target tetap hidup, tulis para ilmuwan IPCC.

Jika berbagai negara masih mengacu pada Perjanjian Paris, di mana komitmen penurunan emisi gas rumah kaca (ERK) secara bertahap didesain hingga tahun 2030, “kemungkinan pemanasan suhu akan melebihi 1,5 derajat celcius selama abad ke-21,” demikian kesimpulan para penulis laporan tersebut.

"Ini bukan fiksi atau berlebihan," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio GuterresJaka dalam sebuah pernyataan. seperti dikutip Fortune.com “Itulah yang dikatakan sains kepada kita akan dihasilkan dari kebijakan energi kita saat ini.”

Berbagai statistik dalam laporan tersebut juga menunjukkan bahwa upaya berbagai negara dalam menangani perubahan iklim selama ini sangat kurang memadai. Emisi gas rumah kaca pada 2019, misalnya, mencapai rekor tertingginya yaitu 59 miliar metrik ton.

Sementara produksi emisi karbon sepanjang 2010 hingga 2019 setara dengan sekitar 80 persen dari sisa kuota "anggaran karbon"--penghitungan yang digunakan para ilmuwan untuk memperkirakan berapa banyak lagi polusi yang dapat bertahan di atmosfer tanpa memanas melewati batas Perjanjian Paris yakni mencegah kenaikan suhu 1,5 derajat celcius.

Selain itu, meski intensitas emisi atau penggunaan energi per PDB turun 2 persen dalam satu dekade terakhir, peningkatan polusi gas rumah kaca tetap mengalami kenaikan. Ini memberikan gambaran amat jelas bahwa meskipun tanpa listrik energo kotor, emisi dari infrastruktur berbahan bakar fosil yang ada akan mendorong iklim melampaui batas bawah Perjanjian Paris, menambah efek yang sudah jelas dengan pemanasan 1,1 derajat celcius di atas rata-rata pra-industri saat ini.

Tunda proyek infrastruktur, naikkan investasi

Untuk menghindari nasib itu, menurut para ilmuwan, maka pemerintah dan dunia usaha harus merelakan triliunan dolar menguap dalam rencana proyek dan infrastruktur yang terlalu berbahaya untuk terus beroperasi, kecuali terdapat teknologi yang dapat menangkap dan membuang emisi proyek tersebut.

Sementara untuk mencegah puncak emisi global sebelum tahun 2025, dibutuhkan investasi lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan proyeksi sebelumnya, “tetapi membawa keuntungan jangka panjang bagi ekonomi,” di atas manfaat kerusakan iklim yang dapat dihindari, tulis para panel dalam laporan setebal 3.500 halaman tersebut. Dus, pendanaan untuk strategi pencegahan perubahan iklim harus tumbuh tiga hingga enam kali lipat di atas level saat ini untuk mempertahankan tujuan 1,5 derajat celcius.

Instrumen kebijakan, menurut para ilmuwan, tidak bisa membantu lebih banyak sebab hanya 53 persen emisi yang termasuk dalam undang-undang iklim, dan hanya 20 persen yang termasuk dalam beberapa jenis rezim penetapan harga karbon—pendekatan yang “tidak cukup untuk mencapai pengurangan yang dalam,” kata laporan tersebut.

Sebagai informasi, sebelumnya, dalam laporan khusus tahun 2018 tentang pemanasan 1,5 derajat celcius, IPCC menemukan bahwa untuk memiliki peluang tetap di bawah target, dunia perlu mengurangi separuh tingkat emisi 2010 pada tahun 2030 dan menghilangkannya pada tahun 2050.

Hal ini mendorong terbentuknya komitmen “net-zero pada tahun 2050” yang kini banyak digaungkan pemerintah, perusahaan dan investor. Namun, laporan terbaru IPPC memperbarui angka-angka tersebut, dengan mengatakan bahwa semua gas rumah kaca, bukan hanya CO₂, harus turun 43 persen di bawah level 2019 mereka pada 2030 dan 84 persen pada 2050.

Untuk kemungkinan dua pertiga memenuhi batas tertinggi Perjanjian Paris yaitu 2 derajat celcius, semua gas harus dikurangi 27 persen di bawah level 2019 pada 2030 dan 63 persen pada tahun 2050. Metana, gas paling berpengaruh kedua setelah CO₂, harus turun secara substansial dan segera. Meskipun sulit untuk diberantas dari pertanian, biayanya relatif rendah]

Related Topics