NEWS

Tarif Listrik Bakal Naik karena Pembangkit EBT, Berapa Besarannya?

PLN butuh kompensasi jika tarif listrik tak naik.

Tarif Listrik Bakal Naik karena Pembangkit EBT, Berapa Besarannya?Proyek PLTS PLN. (Dok: PLN)
10 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Evy Haryadi mengatakan pembangunan listrik energi baru terbarukan (EBT) akan menambah biaya pokok penyediaan pembangkitan (BPP) listrik dan mengerek tarif tagihan ke pelanggan.

Diperkirakan, pelanggan akan menanggung beban biaya tambahan sebesar 3,3 sen untuk tiap kWh listrik yang digunakan. Karena itu, dibutuhkan kompensasi kepada PLN jika pemerintah ingin menahan tarif adjustment (penyesuaian) dan menjaga daya beli masyarakat. 

"Yang terkait dengan kegiatan penugasan adalah kegiatan yang secara kelayakan ekonomi sebenarnya tidak ekonomis namun karena adanya kepentingan misalnya infrastruktur yang harus dibangun maka hal ini harus mendapatkan supporting dari subsidi dan kompensasi," ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis (9/6).

Menurut Evy, Indonesia sebenarnya mengalami surplus pasokan listrik dan tak memerlukan pembangkit tambahan hingga saat ini. Namun, tiap negara memiliki target masing-masing untuk memangkas emisi termasuk di sektor ketenagalistrikan. Sehingga, kebutuhan untuk membangun pembangkit EBT muncul dalam rangka transisi energi.

"Bagaimana itu dicapai ini adalah satu kalkulasi yang tidak sederhana karena adanya trade off yang harus kita lakukan bagaimana ini tidak menambah berat financial sustainability dari PLN," jelasnya.

Untuk mencapai target transisi energi di sektor ketenagalistrikan, PLN juga telah menyiapkan energy transition mechanism yang melingkupi dua skema yakni retirement coal atau mempensiunkan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) dan membangun pembangkit berbasis EBT yang baru.

"Terkait dengan retirement PLTU, yang kita pensiunkan secara otomatis, dengan adanya pensiun ini memungkinkan ruang yang lebih luas supaya tidak terjadi oversupply lebih tinggi," tuturnya.

Pengadaan pembangkit EBT

Sementara terkait pengadaan pembangkit EBT baru, PLN membuat jadwal dan peta jalan terkait sumber pendanaan yang akan digunakan nantinya. Sebab, PLN bakal membutuhkan dana mencapai US$500 miliar atau setara dengan Rp7.250 triliun untuk mendukung pencapaian target nol emisi pada 2060 mendatang. 

 "Kami masih review terus karena kunci dari kegiatan ini adalah tersedianya green dan low cost financing yang bisa dikelola dalam satu platform," jelasnya.

Untuk 2030, PLN sendiri memasang target penambahan kapasitas EBT sebesar 20,9 GW. Perinciannya, panas bumi mengambil porsi sebesar 3,4 GW, energi surya dan angin mencapai 5,3 GW, tenaga air mengambil bagian 10,3 GW, bioenergi sebesar 0,6 GW dan energi lainnya sebesar 1,3 GW. 

Rencanannya, pengembangan pembangkit berbasis EBT itu bakal dikerjakan PLN bersama dengan swasta atau Independent Power Producer (IPP) dengan mempertimbangkan kondisi finansial perusahaan pelat merah tersebut. Pembagiannya, PLN mengambil pengerjaan daya mencapai 9,144 GW dan IPP mencapai 11,779 GW. 

“Jika dilihat di sisi PLN dengan mengukur kemampuan finansialnya kita mengambil porsi sekitar 9 GW dan kita menyerahkan sekitar 12 GW kepada IPP,” tandasnya.

Related Topics