NEWS

BPS: Oktober 2021 Terjadi Inflasi, Daya Beli Warga Mulai Pulih

Inflasi diperkirakan tetap tinggi sampai akhir tahun ini.

BPS: Oktober 2021 Terjadi Inflasi, Daya Beli Warga Mulai PulihPedagang sayur mayur menunggu pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (1/11/2021). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/wsj.

by Luky Maulana Firmansyah

01 November 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia kembali mengalami inflasi pada Oktober 2021. Kondisi ini mengindikasikan perbaikan daya beli masyarakat seiring pelonggaran pembatasan kegiatan.

Berdasarkan data BPS, bulan lalu terjadi inflasi 0,12 persen. Itu setelah deflasi 0,04 persen pada September 2021. Tingkat inflasi juga lebih tinggi dari 0,07 persen pada bulan sama tahun sebelumnya.

“Dengan demikian inflasi tahun kalender tahun 2021 ini pada bulan Oktober itu sebesar 0,93 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun atau year-on-year/yoy sebesar 1,66 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, dalam konferensi pers secara daring, Senin (1/11).

Menurut catatan BPS, dari 90 wilayah indeks harga konsumen (IHK) yang disurvei, 68 kota mengalami inflasi, dan 22 kota deflasi. Inflasi tertinggi ada di Sampit (2,06 persen). Sedangkan, deflasi terendah di Bengkulu (0,02 persen).

Kelompok pengeluaran inflasi: Transportasi tertinggi

Inflasi bulan lalu banyak disumbang oleh kelompok pengeluaran transportasi, yakni 0,33 persen. Menurut Margo, inflasi kelompok ini utamanya disebabkan kenaikan tarif angkutan udara.

Penyebab lainnya datang dari pakaian dan alas kaki (0,15 persen), perlengkapan peralatan dan pemeliharaan rutin tumah tangga (0,13 persen), dan penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,12 persen). Kelompok makanan, minuman dan tembakau menyumbang inflasi 0,10 persen, di antaranya akibat kenaikan harga cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam ras.

Sementara jika dilihat berdasarkan komponennya, inflasi pada periode sama dominan dipengaruhi oleh harga diatur pemerintah yaitu 0,33 persen. Setelahnya, inflasi inti dan harga bergejolak masing-masing 0,07 persen.

Daya beli warga mulai pulih

Dari data BPS juga terlihat bahwa inflasi inti tahunan pada Oktober 2021 mencapai 1,33 persen. Angka itu sebenarnya melambat dari 1,30 persen pada bulan sebelumnya.

Meski begitu, Margo Yuwono mengatakan tingkat inflasi tersebut setidaknya terhitung tumbuh positif. Dengan begitu, daya beli masyarakat digambarkan masih baik. Dia pun mengatakan penyebab inflasi inti melambat condong pada penurunan harga komoditas emas.

Kepala ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, juga mengatakan inflasi ini menjadi petunjuk perbaikan daya beli sejalan dengan pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) serta membaiknya mobilitas.

“Ini sesuai dengan ekspektasi kami bahwa inflasi Oktober di kisaran 0,13 persen,” kata David kepada Fortune Indonesia, Senin (1/11). “Pelonggaran PPKM membuat mobilitas masyarakat semakin baik.”

David memperkirakan bahwa tingkat inflasi akan lebih tinggi hingga akhir tahun ini. Kenaikan inflasi ini patut diperhatikan lantaran produsen sudah mulai berani meningkatkan harga seiring peningkatan biaya produksi.

“Sebelumnya mungkin produsen atau pengusaha belum punya daya tawar untuk menaikkan harga karena demand juga masih lemah. Nah, kami melihat mulai bulan ini sudah ada peningkatan demand sehingga bargaining produsen untuk meningkatkan harga sudah ada,” katanya.